Saturday, November 11, 2017

MAKALAH KASIH SAYANG, TANGGUNG JAWAB DAN KEWIBAWAAN



                     KASIH SAYANG, TANGGUNG JAWAB DAN KEWIBAWAAN
DARI BUKU UYO SADULLOH DKK.
Pemahaman pendidik terhadap konsep kasih sayang mendasari bagaimana sikap pendidik dalam menjalankan proses pendidikan, sehingga anak didik dapat belajar dengan suasana kehangatan dan menyenangkan. Kewibawaan dipandang sebagai alat pendidikan yang penting bagi pendidik dimana lemahnya kewibawaan pendidik akan berdampak pada proses pendidikan. Begitu juga dengan tanggung jawab, di samping menjadi tujuan pendidikan, yakni menghasilkan manusia yang bertanggungjwab, juga menjadi motivasi pendidik untuk dapat bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya. Kasih sayang, kewibawaan, dan tanggung jawab pendidikan merupakan ruh dari pendidikan, tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Tanpa kasih sayang anak akan berkembang menurut kemauannya sendiri. Tanpa kewibawaan, pendidik akan kehilangan kepercayaan dari anak didiknya dan tanpa tanggung jawab dari pendidik, upaya pendidikan tidak akan memiliki arah dan tujuan, karena pendidik akan acuh dalam melaksanakan tugasnya sebagai orang dewasa yang harus membawa anak kepada kedewasaan. 
A.    Kasih Sayang
Kasih sayang merupakan fitrah manusia, artinya setiap manusia ditakdirkan oleh Allah memiliki kasih sayang terhadap sesamanya. Dalam pendidikan, kasih sayang harus mendasari semua upaya dalam membawa anak menuju kedewasaan. Tanpa kasih sayang pendidikan tidak akan bermakna apa-apa.
1.      Makna Kasih Sayang
Kasih sayang merupakan pola hubungan yang unik di antara dua orang manusia atau lebih. Pola hubungan ini ditandai dengan adanya perasaan sayang, saling mengasihi, saling mencintai, saling memperhatikan dan saling memberi. Anak-anak yang besar dalam limpahan kasih sayang orang tua akan menjadi anak-anak yang memiliki ketajaman hati nurani serta mampu memperlakukan orang lain dengan penuh kecintaan. Kasih sayang merupakan kebutuhan alami manusia sehingga manusia tidak bisa hidup tanpa kasih sayang.
Kasih sayang merupakan suatu penyerahan diri secara total dari pendidik tanpa pamrih kepada anak didik dengan tujuan menuju kedewasaan. Semua orang tua sayang kepada anaknya, sehingga banyak orang tua yang tidak memberikan teguran atau peringatan jika anaknya melakukan kesalahan karena takut anaknya tersinggung. Misalnya ketika anaknya mengganggu orang lain, merusak atau mengotori dinding orang lain, orang tua kadang tertawa seperti memberi semangat dan bukan menegur. Orang tua seperti itu telah melakukan penipuan terhadap anak-anak mereka. Semua orang tua harus menyatakan kasih sayang, tetapi jangan sampai tidak mendidiknya.
Kasih sayang dapat mempengaruhi kehidupan rohaniah maupun jasmaniah. Secara rohaniah anak akan hidup penuh keceriaan, kesenangan, dan kebahagiaan. Secara jasmaniah anak-anak akan mengalami pertumbuhan jasmaniah lebih sehat. Kasih sayang juga akan menyelamatkan anak-anak dari sifat kerdil misalnya merasa terkucilkan.
2.      Kasih sayang yang berlebihan dan hidup tanpa kasih sayang
a.      Kasih sayang yang berlebihan
Kasih sayang orang tua memang penting namun jika berlebihan akan mendatangkan akibat yang tidak diharapkan. Sebagai orang tua yang baik, mereka harus mempersiapkan sesuatu untuk masa depan anak-anak mereka. Anak harus didik supaya menjadi manusia yang tangguh pada saat ia dewasa. Kasih sayang yang berlebihan dapat menimbulkan dampak yang negative antara lain :
1)      Akan tumbuh sikap yang ingin selalu diperlakukan secara istimewa. Sifat-sifat seorang otoriter dalam diri anak akan semakin berkembang serta benih kediktatoran akan bersemi dalam dirinya sehingga akan mudah putus asa jika keinginannya tidak diperhatikan.
2)      Anak yang selalu dimanja dapat mengalami masalah dalam kehidupan rumah tangganya misalnya memperlakukan istrinya sebagai pembantu kelak.
3)      Anak yang dibesarkan dalam asuhan kasih sayang berlebihan dapat menjadi anak yang sangat rentan dengan masalah, kehilangan kepercayaan diri, tidak berani mengambil resiko, tidak mau melakukan pekerjaan-pkerjaan yang penting dan selalu mengharapkan uluran orang lain.
4)      Anak tidak mau mengembangkan diri karena merasa cukup dengan apa yang diterimanya. Orang tuanya telah memenuhi segala keinginannya, pujian dan segalanya menjadi gambaran semu dirinya.
5)      Anak yang selalu dimanjakan dengan segala kesenangan dan segala keinginannya selalu dipenuhi oleh orang tuanya, jika dewasa mungkin dia akan tumbuh menjadi sombong atau memaksakan kehendak.
b.      Hidup tanpa kasih sayang
Menurut Husain Mazhahiri (2002), bahwa kecintaan/kasih sayang meninggalkan bekasnya secara positif kepada anak dan menjadikan perilakunya di masa yang akan datang memiliki sifat kasih sayang dan kecintaan. Sebaliknya jika kecintaan hilang dari rumah tangga dan rumah tangga menjadi korban kebekuan dan kekerasan, maka masa depan anak akan terlempar pada marabahaya.
Selanjutnya menurut Mazhahiri, jika seorang anak lelaki dengan tabiatnya yang keras ia akan kehilangan syarat pertama dari kehidupan suami istri yang baik dan berhasil. Apabila seorang anak perempuan, maka ia akan kehilangan kelayakan untuk dipimpin oleh suami dan keharmonisan bersamanya serta pendidikan anak-anaknya. Jadi anak yang hidup tanpa kasih sayang orang tuanya, pada masa yang akan datang setelah ia dewasa akan menampakkan kebenciannya terhadap masyarakat sekitarnya, serta ketidakpedulian terhadap orang lain. Ia tidak menunjukkan jiwa tolong menolong sehingga ia menjadi manusia yang tidak beperasaan.
3.      Kasih sayang di sekolah
Dalam proses pendidikan di sekolah dimana peran orang tua digantikan oleh guru, pola hubungan guru-anak perlu dilandasi kasih sayang agar terjalin ikatan perasaan yang dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Banyak peran yang semestinya dilakukan oleh guru dalam menjalankan proses pendidikan, diantaranya :


a.      Guru sebagai pembimbing
Realitas di masyarakat menunjukkan bahwa perilaku menyimpang dari anak-anak seperti kebrutalan, kecanduan narkoba, pemurung, apatis dan sebagainya muncul karena dilatarbelakangi oleh kondisi dimana anak tumbuh dalam keluarga yang tidak memberikan kepuasan kasih sayang terhadap dirinya. Dengan kasih sayang yang diberikan oleh guru, anak akan mendapatkan bimbingan untuk menjalani kehidupan, baik yang sedang dijalani maupun bekal kehidupan di masa yang akan datang. Guru bagi anak sebgai tempat bertanya, mengadu, meminta pendapat, berkeluh kesah, curhat, berlindung dan posisi lainnya dalam diri seorang anak didik.
b.      Guru pembentuk kepribadian
Pembentukan kepribadian anak di sekolah merupakan hal yang tidak mudah, sulit kiranya dilakukan tanpa disertai dengan kasih sayang. Guru di sekolah bertanggung jawab membimbing anak didik, menjadi manusia bermoral, berhati nurani dan kasih sayang terhadap sesama. Guru harus menunjukkan sosok pribadi yang utuh, berpribadi stabil, tidak emosional sehingga akan menjadi teladan bagi anak didiknya. Tindakan kriminal yang dilakukan anak bisa dilakukan karena seorang anak karena kepribadian yang labil serta kehilangan kasih sayang dari orang tua. Di sekolah guru yang baik akan memperhatikan hal ini sebagai perannya dalam menjalankan proses pendidikan. Pembentukan kepribadian anak di sekolah merupakan hal yang tidak mudah.
c.       Guru sebagai tempat perlindungan
Di sekolah, guru akan minta perlindungan kepada gurunya, gurulah yang menjadi tempat perlindungan bagi anak-anak tersebut. Pada kondisi ini, guru semestinya berlaku bijaksana, mendengarkan masalah yang dihadapi anak, memberikan nasihat dan sebisa mungkin menyadarkan tindakan yang dilakukan anak atau bahkan berupaya menjembatani permasalahan anak dengan orang tuanya. Jika anak merasa tidak mendapat perlindungan di rumah, maka selayaknya di sekolah seorang guru dapat memberikan kasih sayang dengan mendengarkan masalah anak, memberikan nasihat atau menjembatani permasalahan anak dengan orang tuanya, maka anak akan merasa diperhatikan dan dilindungi.
d.      Guru sebagai fitur teladan
Kasih sayang harus tergambarkan dalam perilaku ayah ibu mereka misalnya dalam bentuk pelukan, senyuman, bahkan dalam nada bicara orang tua mereka dan harus ditunjukkan dalam perilaku kongkret. Kasih sayang yang terwujud melalui perilaku di samping secara psikologis akan dirasakan anak, juga perilaku itu akan menjadi contoh atau teladan apalagi pada anak yang menginjak remaja. Seorang guru yang ramah, hangat, dan selalu tersenyum, tidak memperlihatkan muka kusam atau kesal, merespon pembicaraan atau pertanyaan anak didik akan menumbuhkan kondisi psikologis yang menyenangkan bagi anak sehingga ia akan melibatkan dirinya dalam kegiatan sekolah. Perilaku anak didik yang terbentuk ini pada dasarnya merupakan hasil dari mencontoh atau meneledani perilaku pendidik dengan penuh kasih sayang.
e.       Guru sebagai sumber pengetahuan
Dalam proses pembelajaran dimana terjadi transformasi pengetahuan, sikap memberi dan melarang semestinya dilakukan dengan hati-hati terhadap anak didik. Pengetahuan dapat mengubah sikap dan perilaku anak kearah yang lebih positif. Beberapa hal yang mungkin terjadi apabila guru tidak berhati-hati dalam menyampaikan pengetahuan :
1)      Akan merusak jalinan kasih sayang di antara guru dan anak didik sehingga anak akan menganggap guru tidak dapat mengajar dengan baik.
2)      Anak akan belajar pada sumber lain yang apabila tidak dibimbing tidak menutup kemungkinan menghasilkan perilaku yang tidak diharapkan.
3)      Kurangnya bimbingan dari guru sebagai pendidik akan menumbuhkan perilaku yang tidak bertanggung jawab atas perbuatannya.
Dengan demikian, kasih sayang memegang peranan yang sangat penting di lingkungan sekitar anak. Dengan ketulusan dan kasih sayang anak didik akan merasa senang mengikuti pendidikan dan tujuan pendidikan akan mudah diwujudkan.
B.     Kewibawaan dalam Pendidikan
Guru sebagai pendidik harus memiliki kewibawaan, baik dalam pembelajaran di dalam kelas ataupun kegiatan lain di luar kelas. Kewibaan mempunyai peranan penting dalam usaha menentukan dan merumuskan tujuan hakiki dan arti pendidikan. Kewibawaan merupakan syarat mutlak dalam pendidikan. Artinya, jika tidak ada kewibawaan maka pendidikan tidak mungkin terjadi sebab adanya kewibawaan maka segala bentuk bimbingan yang diberikan oleh pendidik akan diikuti oleh anak didik.
1.      Makna kewibawaan
Ciri utama seorang pendidik adalah adanya kewibawaan yang terpancar dari dirinya terhadap anak didik. Kewibawaan merupakan pancaran batin yang dapat menimbulkan pada pihak lain sikap untuk mengakui, menerima, dan menuruti dengan penuh pengertian atas pengaruh tersebut. Kewibawaan hanya dimiliki oleh manusia yang sudah dewasa, suatu kedewasaan rohaniah yang didukung kedewasaan jasmaniah terutama pada orang tua dan itu merupakan kewibawaan asli. Pendidik harus memiliki kewibawaan di mata anak didik, karena mereka membutuhkan perlindungan, bantuan, bimbingan, dan pendidik bersedia untuk memenuhinya.
Kewibawaan merupakan suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengannya secara sadar dan sukarela menjadi tunduk dan patuh kepadanya. Anak kecil (sampai usia 3 tahun) belum mengenal kewibawaan, artinya anak kecil belum dapat tunduk kepada suatu pengaruh atas kesadaran dan kerelaan sendiri. Pengenalan dan pengakuan terhadap wibawa membutuhkan bahasa. Bahasa merupakan tempat pertemuan antara pendidik dan anak didik. Dengan bahasa, anak didik dapat mengerti apa arti anjuran dan larangan dari pendidik, sehingga dengan demikian dapatlah dikenal dan diakui berwibawa.
Apabila orang tua tidak menggunakan anjuran dan larangan kepada anak, maka dapat mengakibatkan anak mempunyai sikap yang tidak dapat didekati, anak akan menjadi asing terhadap kekerasan anak, menjadi tidak dapat lagi dinasihati atau didekati. Sebaliknya jika orang tua terlalu banyak menggunakan kesempatan untuk memberi nasihat atau anjuran maupun larangan, akan memberi akibat yang dapat merugikan dalam pendidikan.

2.      Awal penerimaan kewibawaan oleh anak
Betapapun besarnya kewibawaan seorang pendidik, tidak ada gunanya jika kewibawaan itu sama sekali tidak dihayati oleh anak didiknya. Kewibawaan itu menentukan bentuk perlakuan yang harus diikuti serta menghalangi atau menolak yang tidak dikehendaki. Anak didik mendapatkan keberanian moral untuk mencoba menjalankan dan menuruti kewibawaan karena adanya rasa kasih sayang yang menjadi pengikat bagi mereka.
Anak sudah memiliki kontak dengan orang tua tetapi kontak itu bukan melalui bahasa, melainkan melalui perasaan. Pembentukan tingkah laku anak bukan hanya dilakukan dengan pendidikan, melainkan dengan pembiasaan misalnya melatih anak supaya bangun pagi-pagi. Menurut Langeveld pendidikan baru dimulai apabila anak sudah mengakui atau menghayati kewibawaan orang tua atau pendidiknya, dan anak dapat mengakui kewibawaan pendidiknya apabila anak sudah memahami bahasa yaitu ketika anak sudah berumur  3 tahun. Sedangkan pendidikan yang dijalani anak sebelum usia 3 tahun disebutnya sebagai pendidikan pendahuluan. Oleh karena itu, ada saat belum adanya penyadaran hubungan kewibawaan dalam arti anak belum bias menerima kewibawaan pendidik, upaya pembiasaan dan kekuatan dapat dilakukan terhadap diri anak.
3.      Kewibawaan dan penerimaan norma oleh anak
Jika anak sudah dapat mengakui kewibawaan pendidik, maka dapatlah dimulai pendidikan yang sesungguhnya, anak mulai dapat dikenalkan dengan norma yang sesungguhnya. Kepada anak diperkenalkan mana perbuatan yang baik, buruk, dengan contoh, larangan, nasihat, dongeng, teladan, dan lain-lainya. Agar anak mengikuti norma tertentu, maka pendidikannlah yang harus pertama kali menjadi perwujudan dalam dirinya dari norma tersebut. Untuk mendidik harus dimulai dari diri pendidik itu sendiri. Bagi pendidik, harus ada kesesuaian antara kata dan perbuatan, seperti firman Allah : Hai orang-orang yang beriman mengapa kamu katakan sesuatu padahal kamu tidak melakukaknnya, besar sekali murka di sisi Allah bagi orang yang mengatakan sesuatu padahal ia sendiri tidak melakukannya (Q.S As-Shaf: 2-3).
Sehubungan dengan penerimaan norma tersebut , kiranya perlu dipaparkan bagaimana proses penerimaan norma oleh anak sebagai berikut :
a.       Anak menghadapi pendidik sebagai pendukung norma tertentu yang selalu dilihatnya melaksanakan norma itu. Pada mulanya anak berpikir, tindakan itu baik karena dilakukan oleh pendidiknya dan tindakan itu adalah tidak baik karena dilarang oleh pendidiknya.
b.      Anak kemudian mengerti bahwa tindakan-tindakan itu atau tingkah laku pendidiknya diatur oleh sesuatu yang disebut oleh norma.
c.       Setelah anak dapat melihat norma terlepas dari si pendukung norma, maka tindakan atau tingkah laku pendidik sebagai pendukung norma selalu dibandingkan dengan norma yang dikatakan oleh pendidiknya itu.
d.      Bila ternyata pendidik mempunyai tingkah laku yang cocok dengan norma yang dikemukakan maka anak akan menerima norma itu dengan sukarela.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perkembangan kewibawaan anak didik ditandai dengan tumbuhnya kepercayaan. Dalam lingkungan pendidikan, kepercayaan yang diberikan oleh pendidik kepada anak didik mempunyai dua arti:
a.       Bahwa keinginan pendidik untuk terus mengikat pribadi anak didik pada dirinya telah dapat diatasi oleh pendidik.
b.      Bahwa kepercayaan itu merupakan tempat sumber bagi anak didik untuk tumbuh dan berkembang. Artinya anak didik yang mendapat kerpercayaan itu harus dapat berdiri sendiri, karena pendidik yakin bahwa ia dapat berdiri sendiri dan mendorong supaya ia menjadi dewasa.
4.      Mempertahankan kewibawaan
Pendidik harus mempertahankan kewibawaan yang dimilikinya, sehingga kewibawaan tersebut harus dipelihara dan dibinanya. Langeveld mengemukakan 3 sendi kewibawaan yaitu, kepercayaan, kasih sayang dan kemampuan mendidik. Dalam hal kepercayaan, pendidik harus percaya bahwa dirinya bisa dan mampu mendidik dan juga harus percaya bahwa anak didik dapat dididik. Kasih sayang mengandung dua makna yaitu penyerahan diri kepada yang dikasih sayangi dan pengendalian terhadap yang disayangi. Kemampuan mendidik dapat dikembangkan melalui beberapa cara, diantaranya pengkajian terhadap ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan.
Selain ketiga hal diatas, dalam mempertahankan kewibawaan tersebut perlu didukung oleh keadaan batin pemilik kewibawaan yaitu :
a.       Adanya rasa cinta : kewibawaan itu dapat dimiliki oleh seseorang, apabila hidupnya penuh kecintaan dengan atau kepada orang lain.
b.      Adanya rasa demi kamu : adalah sikap yang dapat dilukiskan sebagai suatu tindakan, perintah atau anjuran bukan untuk kepentingan orang yang memerintah, tetapi untuk kepentingan orang yang diperintah, menganjurkan demi orang yang menerima anjuran, melarang juga demi orang dilarang, misalnya guru memerintahkan anak didiknya belajar keras dalam menghadapi ujian, bukan agar dirinya mendapat nama karena anak didiknya melainkan agar anak didik mendapat nilai yang bagus.
c.       Adanya kelebihan batin : seorang guru yang menguasai bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya, bisa berlaku adil dan obyektif, bijaksana, merupakan contoh-contoh yang dapat menimbulkan kewibawaan batin.
d.      Adanya ketaatannya kepada norma : menunjukkan bahwa dalam tingkah lakunya dia sebagai pendukung norma yang sungguh-sungguh, selalu menepati janji yang pernah dibuat, disiplin dalam hal-hal yang telah digariskan.
Selanjutnya dalam melaksanakan kewibawaan, pendidik hendaknya memperhatikan beberapa faktor berikut :
a.       Perkembangan anak sebagai pribadi. Pendidik hendaknya mengabdi kepada perkembangan anak, mengembangkan seluruh pribadi anak, intelektualnya, emosinya, dan spiritualnya.
b.      Pendidik memberi kesempatan pada anak untuk berinisiatif, anak melakukan kegiatan atas inisiatif sendiri. Anak harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melatih diri bersikap patuh sehingga kepatuhan anak terhadap peraturan akan didasarkan atas pertimbangan nuraninya sendiri, tidak karena paksaan atau pengaruh orang lain.
c.       Kewibawaan dilaksanakan atas dasar kasih sayang pada anak. Pendidik berbuat sesuatu demi kepentingan anak didik, mengabdi kepada anak didik, bukan untuk kepentingan pendidik.
5.      Mengurangi kewibawaan dalam pendidikan
Pendidik lama kelamaan harus mengurangi kewibawaannya, hal ini berarti bahwa semakin lama anak harus diberi kesempatan untuk berdiri sendiri. Pada akhirnya, bila anak sudah dewasa kewibawaan pendidik harus dihilangkan sama sekali. Jika tidak demikian, justru dapat timbul konflik antara pendidik dan anak didik, sebab anak yang sudah dewasa akan merasa diinjak kedewasaannya. Kewibawaan pendidik pada suatu saat akan mengalami masa-masa kritis. Agar kewibawaan yang dimiliki oleh pendidik tidak goyah, tidak melemah, maka hendaknya pendidik itu selalu :
a.       Bersedia memberi alasan
Pendidik harus siap dengan alasan yang mudah diterima anak, penjelasan hendaknya singkat dan dapat diterima anak dengan jelas, menggunakan bahasa yang sesuai perkembangan anak. Dengan adanya kejelasan ini, akan mebuat anak didik menerima semuanya penuh dengan kerelaan dan kesadaran.
b.      Bersikap demi kamu (you attitude)
Pendidik selalu harus menunjukkan sikap demi kamu. Sikap ini tidak perlu ditonjolkan, tetapi harus dengan jelas nampak kepada anak atau mudah diketahui oleh anak. Pendidik menasehati, melarang, memerintah berbuat itu semua demi anak didik sendiri bukan kepentingan pendidik.
c.       Bersikap sabar
Pendidik harus selalu bersikap sabar, memberi tenggang waktu kepada anak didik untuk mau menerima perintah dan nasihat yang diberikan oleh pendidik. Mungkin pendidik harus memberikan nasihatnya berkali-kali kepada seorang anak, pendidik dituntut kesabarannya sungguh-sungguh, tidak boleh lekas putus asa.
d.      Bersikap memberi kebebasan
Semakin bertambah umur anak didik, pendidik hendaknya semakin member kebebasan, memberi kesempatan kepada anak didik agar belajar berdiri sendiri, belajar bertanggung jawab dan belajar mengambil keputusan, sehingga pada akhirnya anak tidak lagi memerlukan nasihat dalam kewibawaan melainkan anak diberi kebebasan untuk memilih mana yang paling baik sesuai dengan pilihan hati nuraninya. Ketika anak dewasa maka pada saat itulah kewibawaan pendidik berakhir.
C.    Tanggung Jawab
Diantara makhluk yang ada, manusia mempunyai sebuah kewajiban khusus, yaitu kelayakan menerima kewajiban, sedangkan makhluk lain tidak meiliki kelayakan ini. Benda mati dan tumbuhan tidak mempunyai ilmu, pemahaman dan kehendak, dan mereka tidak memiliki kelayakan untuk menerima kewajiban dan tidak mempunyai tanggung jawab terhadap perbuatannya. Manusia adalah makhluk yang mempunyai tanggung jawab dan kewajiban.
1.      Pengertian tanggung jawab
Dalam pergaulan sehari-hari, bertanggung jawab pada umumnya diartikan sebagai “berani menanggung risiko dari suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan atau sering pula diartikan sebagai berani mengakui suatu perbuatan atau tindakan yang telah dilakukan. Bertanggung jawab dimakusdkan sebagai suatu keadaan dimana semua tindakan atau perbuatan atau sikap merupakan penjelmaan dari nilai-nilai moral serta nilai-nilai luhur kesusilaan dan atau keagamaan. Bertanggung jawab berarti berada dalam tatanan norma, nilai kesusilaan, dan agama, dan tidak di luarnya. Segala tindakan, perbuatan atau sikap yang berada di luar bidang nilai atau norma kesusilaan dan agama tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Perbuatan atau tindakan seseorang yang melempar kaca tetangganya sehingga pecah berantakan bukanlah perbuatan atau tindakan sebagai penjelmaan tanggung jawab karena orang yang bertanggung jawab tidak akan melakukan tindakan, perbuatan, atau sikap bertentangan atau melanggar nilai-nilai susila maupun agama.



2.      Tindakan yang berkaitan dengan bertanggung jawab
Berikut adalah tindakan yang bertanggung jawab khususnya di sekolah :
Ada seorang guru sekolah dasar setiap pagi selalu datang setengah jam sebelum pembelajaran di sekolah dimulai. Hal tersebut selalu dilakukan, baik pada hari hujan maupun tidak. Waktu pulang ia selalu yang terakhir, sebab setelah lonceng tanda sekolah selesai berbunyi dan murid-muridnya pulang, guru ini terlebih dahulu memeriksa kelasnya secara detail. Dalam memberikan nilai untuk menentukan taraf prestasi murd-muridnya, ia tidak melakukannya hanya menebak saja. Semua persiapan dan pengisian buku administrasi kelas lainnya dikerjakan dengan teliti dan benar. Guru semacam ini merupakan contoh dari manusia yang sudah bertanggung jawab.
Selanjutnya adapula kehidupan seorang guru yang belum dapat memikul tanggung jawab sebagai berikut : Guru datang ke sekolah semaunya, lebih sering datang terlambat setelah pembelajaran sekolah dimulai. Mengajar tanpa menggunakan persiapan bahkan sering pulang sebelum sekolah usai dengan berbagai alasan yang disampaikannya kepada kepala sekolah. Untuk menunjukkan bahwa ia memperhatikan anak muridnya, ia mengadakan les pada jam-jam tertentu dengan bayaran tertentu. Jika keesokan harinya akan diadakan ulangan, maka sebelumnya diajarkan semua soal yang akan diulangkan kepada murid-murid yang mengikuti pelajaran tambahan saja, sehingga pada waktu ulangan, murid-murid yang mengikuti pelajaran tambahan memperoleh nilai baik.
Seharusnya di kelas, seorang guru harus seorang yang bertanggung jawab. Seorang guru harus bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai guru, yaitu mendidik dan mengajar anak-anak yang telah dipercayakan orang tua anak kepadanya. Karena itu guru yang bertanggung jawab senantiasa akan berbuat dan bertindak tidak keluar dari Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang merupakan landasan moral bagi guru.
3.      Tanggung jawab dalam pendidikan
Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Di sekolah, guru merupakan pendidik yang paling bertanggung jawab dalam membimbing anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru bertanggung jawab agar anak menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Begitu juga di tangan gurulah anak didiknya diharapkan akan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Bagian akhir dari tujuan pendidikan nasional adalah warga Negara yang bertanggung jawab. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, manusia dapat dilihat dari dua aspek yaitu :
a.      Manusia sebagai makhluk Tuhan
Manusia sebagai makhluk Tuhan berkewajiban untuk melaksanakan segala perintahnya dan segala larangannya. Dalam ajaran Islam ada tiga inti ajaran Islam yaitu : Iman, Islam dan Ihsan. Dalam hal ini Allah telah memberi petunjuk melalui Al Quran dan sunnah, bagaimana manusia harus beriman (iman), bagaimana manusia harus menjalankan syariat islam (rukun islam) dan bagaimana manusia harus berbuat baik kepada sesama manusia maupun berbuat baik kepada sesama makhluk lainnya serta berbuat baik kepada alam dan lingkungannya.
Menurut akal dan agama, manusia wajib mengenal dan mengetahui pencipta alam, yang merupakan pemilik dan pemberi kenikmatan kepada seluruh makhluk dan tunduk serta beribadah kepada-Nya. Seorang mukmin mempunyai tujuh kewajiban yang harus dilaksanakan atas orang mukmin lainnya dan jika salah satu dari kewajiban tersebut diabaikan maka dia keluar dari kepemimpinan Allah. Ketujuh kewajiban tersebut adalah :
1)      Apa yang engkau sukai untuk dirimu, maka engkau juga harus sukai bagi saudaramu dan apa yang engkau benci untuk dirimu, maka engkau juga harus benci untuknya.
2)      Engkau harus membantunya dengan diri, harta, lidah, tangan dan kakimu.
3)      Mengikuti keinginannya, menghindari kemarahannya dan menuruti perintahnya.
4)      Menjadi mata, petunjuk dan cermin baginya.
5)      Jangan engkau kenyang sementara dia kelaparan atau kehausan dan jangan engkau berpakaian sementara dia telanjang.
6)      Jika kamu punya pembantu, sementara dia tidak maka kamu kirim pembantumu supaya mencucikan pakaiannya, memasakkan makanannya, dan menghamparkan permadaninya.
7)      Membenarkan kesaksiannya, memenuhi undangannya, menjenguknya manakala sakit dan mengurusi jenazahnya.
Pendidik sebagai makhluk Tuhan dalam hidup dan kehidupannya senantiasa harus tunduk dan taat untuk melaksanakan aturan-aturan Tuhan tersebut.
b.      Manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia dan alam
            Manusia mempunyai kecenderungan kepada masyarakat dan kehidupan social. Berbagai aktvitas manusia memiliki esensi social  dan oleh karena itu mau tidak mau, mereka harus membagi pekerjaan diantara mereka. Berkaitan dengan hak dan kewajiban, tercermin berbagai tanggung jawab manusia seperti :
1)      Tanggung jawab manusia terhadap keluarga
Allah swt berfirman di dalam Al quran, wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan baku penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa-apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Rasulullah Saw telah bersabda, “ sebaik-baiknya kamu adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya.”
2)      Tanggung jawab terhadap sanak-kerabat
Rasulullah saw bersabda, “ aku berpesan kepada umatku baik yang hadir maupun yang tidak hadir, maupun yang kini mereka masih berada dalam tulang sulbi ayah atau rahim ibu mereka hingga hari kiamat, hendaklah mereka menjalin silaturahmi dengan sanak kerabat mereka karena silaturahmi merupakan bagian dari agama.

3)      Tanggung jawab terhadap tetangga
Rasulullah saw bersabda, “siapa yang menghianati tetangganya meskipun hanya sejengkal tanah maka Allah akan jadikan tanah itu hingga tingkat ketujuh sebagai tali pelana di lehernya hingga Allah menghinakannya pada hati kiamat, kecuali jika dia bertobat. Siapa saja yang menyakiti tetangganya maka Allah haramkan wangi surga baginya dan tempatnya adalah neraka Jahanam dan itulah seburuk-buruknya tempat.
4)      Tanggung jawab terhadap Ayah dan Ibu
Allah swt telah berfirman di dalam Al Quran, “ dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkaataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang ucapkanlah wahai tuhanku kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil (QS Al-Isra 23-24).
5)      Tanggung jawab terhadap anak
Kebaikan dan keburukan anak di dunia ini akan dikaitkan dengan orang tuanya. Engkau juga berkewajiban membantunya dalam masalah akhlak yang baik, mengenal Allah dan ketaatan kepada Nya. Maka berkenaan dengan anak hendaklah engkau seperti orang yang yakin akan mendapat pahala jika berbuat kebajikan kepadanya dan mendapat siksa jika berbuat jelek kepadanya.
6)      Tanggung jawab manusia terhadap alam
Manusia ditakdirkan oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah manusia harus mampu mengelola alam, khususnya bumi dimana manusia tinggal. Allah swt telah menciptakan langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada padanya, seperti gunung, sungai, berbagai macam bahan tambang dan benda logam, berbagai jenis pohon dan tumbuhan serta berbagai jenis binatang daratan maupun lautan baik yang jinak maupun buas, untuk dimanfaatkan oleh manusia. Hal tersebut merupakan tanggung jawab besar pada pundak manusia. Oleh karena itu, manusia harus menghargai segala nikmat Allah dan menggunakannya pada tempatnya. Manusia harus menganggap barang tambang berharga itu sebagai nikmat dari Allah. Seandainya manusia tidak memeliharanya, tidak menjaga keseimbangan sistem lingkungan, akan timbul bencana bagi kehidupan manusia itu sendiri dan segala bencana itu merupakan peringatan dari Allah kepada manusia. Hal tersebut telah dinyatakan dalam Al Quran (Ar Rum : 41) : telah lahir bencana di darat dan di laut, karena usaha tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari balasan perbuatan yang mereka perbuat, mudah-mudahan mereka kembali (bertaubat).

Semata Wayang

SISTEM PEMBELAJARAN

SISTEM PEMBELAJARAN A.     Pengertian dan Kegunaan Sistem Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan...