Friday, January 10, 2014

Sistem Pendidikan di Indonesia Pra Kemerdekaan



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Indonesia pernah mengalami masa penjajahan baik oleh bangsa barat maupun pada masa penjajahan Jepang. Sehingga tidak mengherankan apabila pengaruhnya sangat kuat dalam segala bidang, baik di bidang politik, ekonomi, maupun militer. Masa penjajahan juga berpengaruh terhadap sejarah pendidikan di Indonesia. Secara garis besar, sejarah pendidikan di Indonesia terbagi atas sistem pendidikan di masa kerajaan, sistem pendidikan pra kemerdekaan dan masa kemerdekaan.
Pendidikan sudah sepatutnya menentukan masa depan suatu negara. Bila visi pendidikan tidak jelas, yang dipertaruhkan adalah kesejahteraan dan kemajuan bangsa. Visi pendidikan harus diterjemahkan ke dalam sistem pendidikan yang memiliki sasaran jelas, dan tanggap terhadap masalah-masalah bangsa. Karena itu, perubahan dalam subsistem pendidikan merupakan suatu hal yang sangat wajar, karena kepedulian untuk menyesuaikan perkembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Sudah seyogyanya sistem pendidikan tidak boleh jalan di tempat, namun setiap perubahan juga harus disertai dan dilandasi visi yang mantap dalam menjawab tantangan zaman.
Pendidikan sudah ada sejak negara Indonesia berdiri. Sebab itu sejarah pendidikan Indonesia cukup panjang. Periode sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di Jawa dan Sumatera yang terutama mengandalkan perdagangan; Era Kolonial, masuknya orang-orang Eropa (terutama Belanda) yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20; Era Kemerdekaan Awal, pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno (1966); Era Orde Baru, 32 tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–1998); serta Era Reformasi yang berlangsung sampai sekarang.
Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan zaman pengaruh agama Hindu Budha, zaman pengaruh agama islam, pendidikan zaman penjajahan, sampai dengan pendidikan pada zaman kemerdekaan. Tidak semua pendidikan pada zaman-zaman itu akan dibahas. Yang dibahas hanyalah keadaan pendidikan di Indonesia pada zaman penjajahan atau sebelum kemerdekaan.
B.   Rumusan Masalah
Dalam makalah ini dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas lebih jauh, antara lain:
1.      Bagaimana pendidikan Indonesia di masa kerajaan?
2.      Bagaimana pendidikan Indonesia di masa penjajahan bangsa barat 350 tahun lalu?
3.      Bagaimana pendidikan di Indonesia zaman penjajahan Jepang (1942-1945) ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui bagaimana pendidikan Indonesia di masa kerajaan.
2.      Untuk mengetahui bagaimana pendidikan Indonesia di masa penjajahan bangsa barat 350 tahun lalu.
3.      Untuk mengetahui bagaimana pendidikan di Indonesia zaman penjajahan Jepang (1942-1945).
4.      Untuk mengetahui bagaimana pendidikan Indonesia pada zaman kemerdekaan.

1.4  Manfaat
Makalah ini ditulis dengan tujuan agar dapat memberikan gambaran umum kepada masyarakat luas tentang sejarah pendidikan di Indonesia, sehingga pendidikan dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran. Selain itu juga diharapkan dapat menambah kepustakaan tentang pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pendidikan di Masa Kerajaan
Pendidikan di masa kerajaan dimulai dari kerajaan Sriwijaya. Pada kerajaan Mataram kuno terkenal atau berpusat di Jawa Tengah dan aktivitas pendidikannya yaitu; menterjemahkan buku-buku agama Budha, menterjemahkan buku-buku lain ke bahasa Jawa kuno seperti Ramayana dan perguruan tinggi di masa kerajaan Mataram kuno sudah meliputi Fakultas Agama, Fakultas Sastra, Fakultas Bangunan atau Teknik Bangunan. Selain kerajaan Mataram, juga ada kerajaan Hindu-Buddha dan kerajaan Islam.
a. Kerajaan Hindu-Buddha
Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak Hindu-Budha yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I Ching mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.                                                                                  
b. Kerajaan Islam
Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir di Indonesia sekitar abad ke-12, namun sebenarnya Islam sudah sudah masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat sejak abad 7.
Islam terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12 November 839 M. Contoh lain adalah Kerajaan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440. Rajanya seorang Muslim bernama Bayanullah.
Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatera. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.
Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan Islam yang datang dari luar Indonesia, maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari  penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk di antaranya: Kerajaan Samudera Pasai, Kesultanan Banten yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa, Kerajaan Mataram, dan Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku.

B.       Pendidikan Indonesia di Masa Penjajahan Bangsa Barat 350 tahun lalu

a. Masa Pemerintahan Belanda

Dalam politik pendidikannya, Belanda tidak memperlihatkan demokratisasi di dalam pendidikan, karena tidak semua orang diberi kesempatan mendapatkan pendidikan yang sama. Sistemnya disebut:

Three tract system, yaitu:
a. Pendidikan untuk golongan bawahan atau rakyat jelata
b. Pendidikan untuk golongan atas yang disederajatkan dengan Belanda
c. Pendidikan untuk golongan bangsa Belanda, bangsa Eropa dan bangsa Timur lainnya.
                                                                                                       
Jadi Belanda tidak mendapatkan suatu sistem L‟ecole unique (suatu sistem kesatuan/keseragaman sekolah) dalam pendidikannya di Indonesia. Bahkan menanamkan teori dichotomy atau trichotomi sosial, yang terkenal dengan politik devide it impera pada rakyat Indonesia. Dengan demikian nampaklah perbedaan yang tajam antara pekerja tangan (biasanya rakyat jelata) sebagai pekerja rendahan dengan pekerja intelek, dalam pekerja intelek (pegawai kantor) dianggap lebih tinggi dan dihargai serta dianggap lebih mulia,

Sistem “Oester LagerOnderwijs” (OLO), jenis-jenis sekolahnya secara berturut-turut sebagai berikut:
1.        Pada permulaan tahun 1850 didirikan sekolah kelas I yang lamanya 5 tahun dan diperuntukkan bagi anak-anak dari lingkungan pangreh praja dan ditempatkan di kota-kota kerisidenan. Mata pelajaran; membaca,menulis, berhitung,dll.
2.      Pada akhir abad XIX didirikan sekolah kelas II yang lamanya 4 tahun dan ditempatkan di kota-kota kabupaten. Pelajarannya berkisar sekitar membaca, menulis, bahasa daerah dan bahasa pengantarnya yaitu bahasa daerah.
3.      Pada tahun 1875 pemerintah Belanda mendirikan sekolah pamong praja dan yang diterima menjadi murid-murid ialah lulusan sekolah kelas I.
4.      Dalam permulaan abad ke XX (1900), ppemerintah Belanda mulai menaruh perhatian yang lebih luas tentang pendidikan dan pengajaran bagi rakyat Indonesia.
5.      Maka pada tahun 1903, pendidikan dan pengajaran bagi rakyat umum atau rakyat jelata diperluas, dengan memperbanyak sekolah kelas II secara perlahan-lahan. Kemudian diadakan peraturan mendirikan sekolah dasar yang lamanya 3 tahun (kelas I, II, III).
6.      Guru-guru untuk Volkschool mendapat didikan pada Cursus voor volksondrwijs (CVO) yang lamanya 2 tahun.
7.      Pada tahun 1907 sekolah kelas I dijadikan 6 tahun lamanya dan diberikan pelajaran bahasa Belanda pada kelas III s/d VI
8.      Sekolah kelas II yang dulunya hanya 4 tahun, dijadikan 5 tahun dengan dipertinggi rencana pelajarannya.
9.      Pada tahun 1914 juga didirikan sekolah MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) yang merupakan sambungan dari HIS dan sekolah rendah Belanda.
10.  Pada tahun 1920 pemerintah menciptakan sekolah baru yang disebut “Schake School”.

Pendidikan dibuat oleh Belanda memiliki ciri-ciri tertentu. Pertama, gradualisme yang luar biasa untuk penyediaan pendidikan bagi anak-anak Indonesia. Belanda membiarkan penduduk Indonesia dalam keadaan yang hampir sama sewaktu mereka menginjakkan kaki, pendidikan tidak begitu diperhatikan. Kedua, dualisme diartikan berlaku dua sistem pemerintahan, pengadilan dari hukum tersendiri bagi golongan penduduk. Pendidikan dibuat terpisah, pendidikan anak Indonesia berada pada tingkat bawah. Ketiga, kontrol yang sangat kuat.

Dalam periode konsolidasi mengenai reaksi-reaksi terhadap pendidikan dan pengajaran kolonial Belanda yaitu:
a.       Pergerakan Budi Utomo

Beberapa orang terpelajar bangsa kita merasakan betul kemiskinan bangsa kita baik lahir maupun batin, sehingga hal ini menyebabkan jiwa mereka untuk berusaha mempertinggi derajat bangsanya. Pengambil prakarsa ialah almarhum Dr.Wahidin Sudirohusudo. Almarhum berkeliling di Pulau Jawa dan menemui orang-orang terkemuka untuk membicarakan kemungkinan-kemungkinan mengadakan “studiefonds”, yang dapat memberi kesempatan kepada pemuda-pemuda pelajar melanjutkan pendidikan dan pengajaran yang lebih tinggi dan kelak dapat bergerak untuk kemajuan bangsanya.
Yayasan dan pergerakan Dr.Wahidin Sudirohusudo ini diterima baik oleh siswa-siswa STPOVIA (Sekolah Dokter Jawa), antara lain oleh; Dr. Sutomo, Dr. Gunawan Mangunkusomo, Dr.Dr. Suradji, dll. Perkumpulan ini ddirikan pada tanggal 20 Mei 1908 dalam lingkungan STOVIA, dan diberi nama BUDI UTOMO. Dalam gerakannya BUDI UTOMO selalu memperjuangkan perluasan pendidikan dan pengajaran bagi masyarakat Indonesia. Tujuan didirikan sekolah-sekolah yaitu untuk menghidupkan rasa kebangsaan, dan kecintaan kepada kebuddayaan sendiri, mempelajari kesenian sendiri, memelihara bahasa sendiri, mempelajari kesusastraan sendiri, dan lain sebagainya.
b.      Pergerakan Muhammadiyah
Pendiri atau Bapak pimpinan Muhammadiyah ialah; Bapak Kyai Ahmad Dahlan (1868-1925). Cita-cita Kyai Haji Ahmad Dahlan sebagai seorang ulama adalah tegas, ialah hendak memperbaiki masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita agama Islam. Usaha-usahanya ditujukan kepada perbaikan kehidupan rakyat dengan cara memperbaiki hidup beragama. Jadi pergerakan Muhammadiyah menamakan usaha-usahanya kepada perbaikan hidup beragama dengan amal-amal pendidikan dan sosial. Hal ini disebabkan adanya kerusakan-kerusakan kaum muslimin antara lain dalam hal  kerusakan dalam bidang kepercayaan, kemunduran dalam bidang pendidikan Islam,  kebekuan dalam bidang hukum fikhi , kemiskinan rakyat dan berkurangnya rasa gotong-royong.
Asas pendidikannya ada 5 butir yaitu, perubahan cara berpikir, kemasyarakatan, aktivitas, kreativitas dan optimisme. Fungsi lembaga pendidikan ciptaan Ahmad Dahlan adalah :
1.      sebagai alat dakwah,
2.      tempat pembibitan dan pembinaan kader,
3.      merupakan wahana untuk melaksanakan amal para anggota organisasi
4.      mensyukuri nikmat tuhan, artinya apa pun kemampuan anak-anak pendidik harus memberi kesempatan berkembang, menjaga, dan merawatnya dengan sebaik-baiknya
Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan cita-cita pendidikan dan pengajarannya yang berdasarkan ajaran agama Islam dan Sunnah, sehingga dapat membentuk manusia Muslim yang bermoral dari ajaran Al-Quran dan Sunnah, dengan pemahaman secara luas, memiliki individualitas yang bulat dalam arti adanya keseimbangan antara segi-segi rohani dan jasmaninya dan bersikap positif terhadap persoalan masyarakatnya.
c. Perguruan Nasional Taman Siswa
Bapak dan pencipta Perguruan Nasional Taman Siswa ini dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889, sebagai putra dari Pangeran Ario Suryaningrat, atau sebagai cucu dari Pakualam III. Jadi Ki Hajar Dewantoro yang nama kecilnya Raden Mas Suwardi Suryaningrat adalah bangsawan dari Yogyakarta (Paku Alam). Meskipun putra seorang bangsawan, tetapi selalu bergaul dengan-anak-anak rakyat jelata.
Asas dari pendirian Taman Siswa yaitu Kemanusiaan, kebangsaan, kebudayaan, kodrat alam, dan kemerdekaan atau kebebasan.
Dasar pendidikan didirikannya Taman Siswa pada tahun 1922, mempunyai senjata ampuh yang terkenal dengan istilah “Non-Cooperation” dan “self-help” atau Zelf-bedruipings Systeem”. Non-Cooperation ialah sikap menolak kerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda.
Self-help atau Zelf-bedruipings Systeem ialah sistem bersandar kepada kemampuan diri sendiri, atau sistem membiayai diri sendiri dalam mengemudikan Pendidikan Taman Siswa, yang menuju kepada pembangunan perekonomian rakyat yang berdasarkan kooperasi serta pendidikan rakyat yang berdasarkan kebangsaan.
C.       Pendidikan di Indonesia Zaman Jajahan Jepang (1942-1945)

Pada masa pemerintahan pendudukan Jepang di Indonesia, Jepang mengadakan perubahan-perubahan yang besar dengan menghapus pelbagai jenis pendidikan rendah berdasarkan golongan-golongan penduduk itu, yang ada hanya satu jenis sekolah rendah untuk sekolah lapisan masyarakat yang disebut “Syoo-gekkoo” (sekolah rendah) lama belajarnya 6 tahun. Selanjutnya, ada “TYUU Gakkoo” (sekolah menengah pertama) 3 tahun “Kootoo gakkoo”. Sedang sekolah pendidikan gurunya ialah Kyoin Yoogoi sho (sekolah guru B) lamanya 4 tahun dan si han Gakkoo (sekolah guru atas).
Pendidikan ala Jepang mempunyai prograsivitas dan lebih dinamis,tetapi dinamika dan progresivitas itu lebih ditekankan pada physical training, bukan mental disiplin. Demokratisasi pendidikan pada masa penjajahan Jepang juga mempunyai tujuan politis, dan tidak bersifat dinamis.Pendidikan pada zaman Jepang, tujuan pendidikan bukan untuk memajukan bangsa Indonesia, tetapi mendidik anak-anak untuk dapat menunjang kepentingan perang Jepang melawan sekutu
Kelemahan pendidikan zaman Jepang
1.Kerja bakti; kinrohosi, cari iles-iles : nama jarak cari besi tua
2.Bahasa Inggris dilarang : pengetahuan sempit
3.Latihan kemiliteran/ baris-berbaris : kyoren
Keuntungan
1.      Sekolah rakyat 6 tahun
2.      Bahasa Indonesia : bahasa pengantar
3.      Senam pagi : taiso



No comments:

Post a Comment

Semata Wayang

SISTEM PEMBELAJARAN

SISTEM PEMBELAJARAN A.     Pengertian dan Kegunaan Sistem Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan...