BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Indonesia pernah mengalami
masa penjajahan baik oleh bangsa barat maupun pada masa penjajahan Jepang.
Sehingga tidak mengherankan apabila pengaruhnya sangat kuat dalam segala
bidang, baik di bidang politik, ekonomi, maupun militer. Masa penjajahan juga
berpengaruh terhadap sejarah pendidikan di Indonesia. Secara garis besar,
sejarah pendidikan di Indonesia terbagi atas sistem pendidikan di masa
kerajaan, sistem pendidikan pra kemerdekaan dan masa kemerdekaan.
Pendidikan
sudah sepatutnya menentukan masa depan suatu negara. Bila visi pendidikan tidak
jelas, yang dipertaruhkan adalah kesejahteraan dan kemajuan bangsa. Visi
pendidikan harus diterjemahkan ke dalam sistem pendidikan yang memiliki sasaran
jelas, dan tanggap terhadap masalah-masalah bangsa. Karena itu, perubahan dalam
subsistem pendidikan merupakan suatu hal yang sangat wajar, karena kepedulian
untuk menyesuaikan perkembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Sudah seyogyanya sistem pendidikan tidak boleh jalan di tempat, namun setiap
perubahan juga harus disertai dan dilandasi visi yang mantap dalam menjawab
tantangan zaman.
Pendidikan
sudah ada sejak negara Indonesia berdiri. Sebab itu sejarah pendidikan
Indonesia cukup panjang. Periode sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima
era: Era Prakolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di
Jawa dan Sumatera yang terutama mengandalkan perdagangan; Era Kolonial,
masuknya orang-orang Eropa (terutama Belanda) yang menginginkan rempah-rempah
mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad
ke-17 hingga pertengahan abad ke-20; Era Kemerdekaan Awal, pasca-Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno (1966); Era Orde Baru, 32
tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–1998); serta Era Reformasi yang
berlangsung sampai sekarang.
Pendidikan
itu telah ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan zaman pengaruh agama
Hindu Budha, zaman pengaruh agama islam, pendidikan zaman penjajahan, sampai
dengan pendidikan pada zaman kemerdekaan. Tidak semua pendidikan pada
zaman-zaman itu akan dibahas. Yang dibahas hanyalah keadaan pendidikan di
Indonesia pada zaman penjajahan atau sebelum kemerdekaan.
B. Rumusan
Masalah
Dalam makalah ini dapat
dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas lebih jauh, antara lain:
1.
Bagaimana pendidikan Indonesia di masa kerajaan?
2.
Bagaimana pendidikan Indonesia di masa penjajahan bangsa
barat 350 tahun lalu?
3.
Bagaimana
pendidikan di Indonesia zaman penjajahan Jepang (1942-1945) ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan masalah di atas,
maka tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui bagaimana pendidikan Indonesia di masa
kerajaan.
2.
Untuk mengetahui bagaimana pendidikan Indonesia di masa
penjajahan bangsa barat 350 tahun lalu.
3.
Untuk mengetahui bagaimana pendidikan di Indonesia zaman
penjajahan Jepang (1942-1945).
4.
Untuk mengetahui bagaimana pendidikan Indonesia pada zaman
kemerdekaan.
1.4
Manfaat
Makalah ini ditulis
dengan tujuan agar dapat memberikan gambaran umum kepada masyarakat luas
tentang sejarah pendidikan di Indonesia, sehingga pendidikan dapat terlaksana
dengan baik dan tepat sasaran. Selain itu juga diharapkan dapat menambah
kepustakaan tentang pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan
di Masa Kerajaan
Pendidikan di masa kerajaan
dimulai dari kerajaan Sriwijaya. Pada kerajaan Mataram kuno terkenal atau
berpusat di Jawa Tengah dan aktivitas pendidikannya yaitu; menterjemahkan
buku-buku agama Budha, menterjemahkan buku-buku lain ke bahasa Jawa kuno
seperti Ramayana dan perguruan tinggi di masa kerajaan Mataram kuno sudah
meliputi Fakultas Agama, Fakultas Sastra, Fakultas Bangunan atau Teknik
Bangunan. Selain kerajaan Mataram, juga ada kerajaan Hindu-Buddha dan kerajaan
Islam.
a. Kerajaan Hindu-Buddha
Pada abad ke-4 hingga abad
ke-7 di wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak Hindu-Budha yaitu
kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16.
Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang
pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I Ching mengunjungi ibukotanya Palembang
sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh
Jawa Barat dan Semenanjung Melayu. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya
sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun
1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang
kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung
Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam
kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
b. Kerajaan Islam
Islam sebagai sebuah
pemerintahan hadir di Indonesia sekitar abad ke-12, namun sebenarnya Islam
sudah sudah masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu sudah ada jalur
pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang
menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah
di Asia Barat sejak abad 7.
Islam terus mengokoh menjadi
institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan Islam
bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12 November
839 M. Contoh lain adalah Kerajaan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di
kepulauan Maluku ini tahun 1440. Rajanya seorang Muslim bernama Bayanullah.
Kesultanan Islam kemudian
semikin menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran,
menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan
Sumatera. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di
kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui
sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari
kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.
Penyebaran Islam dilakukan
melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena para penyebar
dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan Islam yang datang dari
luar Indonesia, maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh
ini bekerja melalui cara berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam
kepada para pedagang dari penduduk asli,
hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya,
karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah yang pertama mengadopsi agama
baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk di antaranya: Kerajaan Samudera
Pasai, Kesultanan Banten yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara
Eropa, Kerajaan Mataram, dan Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di
Maluku.
B.
Pendidikan Indonesia di Masa Penjajahan Bangsa Barat 350
tahun lalu
a. Masa Pemerintahan Belanda
Dalam politik pendidikannya,
Belanda tidak memperlihatkan demokratisasi di dalam pendidikan, karena tidak
semua orang diberi kesempatan mendapatkan pendidikan yang sama. Sistemnya
disebut:
Three tract system, yaitu:
a. Pendidikan untuk golongan
bawahan atau rakyat jelata
b. Pendidikan untuk golongan
atas yang disederajatkan dengan Belanda
c. Pendidikan untuk golongan bangsa Belanda, bangsa Eropa dan bangsa
Timur lainnya.
Jadi Belanda tidak
mendapatkan suatu sistem L‟ecole unique (suatu sistem kesatuan/keseragaman
sekolah) dalam pendidikannya di Indonesia. Bahkan menanamkan teori dichotomy
atau trichotomi sosial, yang terkenal dengan politik devide it impera pada
rakyat Indonesia. Dengan demikian nampaklah perbedaan yang tajam antara pekerja
tangan (biasanya rakyat jelata) sebagai pekerja rendahan dengan pekerja
intelek, dalam pekerja intelek (pegawai kantor) dianggap lebih tinggi dan
dihargai serta dianggap lebih mulia,
Sistem “Oester LagerOnderwijs”
(OLO), jenis-jenis sekolahnya secara berturut-turut sebagai berikut:
1.
Pada permulaan tahun 1850 didirikan sekolah kelas I yang
lamanya 5 tahun dan diperuntukkan bagi anak-anak dari lingkungan pangreh praja
dan ditempatkan di kota-kota kerisidenan. Mata pelajaran; membaca,menulis,
berhitung,dll.
2.
Pada akhir abad XIX didirikan sekolah kelas II yang lamanya 4
tahun dan ditempatkan di kota-kota kabupaten. Pelajarannya berkisar sekitar
membaca, menulis, bahasa daerah dan bahasa pengantarnya yaitu bahasa daerah.
3.
Pada tahun 1875 pemerintah Belanda mendirikan sekolah pamong
praja dan yang diterima menjadi murid-murid ialah lulusan sekolah kelas I.
4.
Dalam permulaan abad ke XX (1900), ppemerintah Belanda mulai
menaruh perhatian yang lebih luas tentang pendidikan dan pengajaran bagi rakyat
Indonesia.
5.
Maka pada tahun 1903, pendidikan dan pengajaran bagi rakyat
umum atau rakyat jelata diperluas, dengan memperbanyak sekolah kelas II secara
perlahan-lahan. Kemudian diadakan peraturan mendirikan sekolah dasar yang
lamanya 3 tahun (kelas I, II, III).
6.
Guru-guru untuk Volkschool mendapat didikan pada Cursus voor
volksondrwijs (CVO) yang lamanya 2 tahun.
7.
Pada tahun 1907 sekolah kelas I dijadikan 6 tahun lamanya dan
diberikan pelajaran bahasa Belanda pada kelas III s/d VI
8.
Sekolah kelas II yang dulunya hanya 4 tahun, dijadikan 5
tahun dengan dipertinggi rencana pelajarannya.
9.
Pada tahun 1914 juga didirikan sekolah MULO (Meer Uitgebreid
Lager Onderwijs) yang merupakan sambungan dari HIS dan sekolah rendah Belanda.
10. Pada tahun 1920 pemerintah
menciptakan sekolah baru yang disebut “Schake School”.
Pendidikan dibuat oleh Belanda memiliki ciri-ciri tertentu. Pertama,
gradualisme yang luar biasa untuk penyediaan pendidikan bagi anak-anak
Indonesia. Belanda membiarkan penduduk Indonesia dalam keadaan yang hampir sama
sewaktu mereka menginjakkan kaki, pendidikan tidak begitu diperhatikan. Kedua,
dualisme diartikan berlaku dua sistem pemerintahan, pengadilan dari hukum
tersendiri bagi golongan penduduk. Pendidikan dibuat terpisah, pendidikan anak
Indonesia berada pada tingkat bawah. Ketiga, kontrol yang sangat kuat.
Dalam periode konsolidasi
mengenai reaksi-reaksi terhadap pendidikan dan pengajaran kolonial Belanda
yaitu:
a.
Pergerakan Budi Utomo
Beberapa orang terpelajar bangsa
kita merasakan betul kemiskinan bangsa kita baik lahir maupun batin, sehingga
hal ini menyebabkan jiwa mereka untuk berusaha mempertinggi derajat bangsanya.
Pengambil prakarsa ialah almarhum Dr.Wahidin Sudirohusudo. Almarhum berkeliling
di Pulau Jawa dan menemui orang-orang terkemuka untuk membicarakan
kemungkinan-kemungkinan mengadakan “studiefonds”, yang dapat memberi kesempatan
kepada pemuda-pemuda pelajar melanjutkan pendidikan dan pengajaran yang lebih
tinggi dan kelak dapat bergerak untuk kemajuan bangsanya.
Yayasan dan pergerakan
Dr.Wahidin Sudirohusudo ini diterima baik oleh siswa-siswa STPOVIA (Sekolah
Dokter Jawa), antara lain oleh; Dr. Sutomo, Dr. Gunawan Mangunkusomo, Dr.Dr.
Suradji, dll. Perkumpulan ini ddirikan pada tanggal 20 Mei 1908 dalam
lingkungan STOVIA, dan diberi nama BUDI UTOMO. Dalam gerakannya BUDI UTOMO
selalu memperjuangkan perluasan pendidikan dan pengajaran bagi masyarakat
Indonesia. Tujuan didirikan sekolah-sekolah yaitu untuk menghidupkan rasa
kebangsaan, dan kecintaan kepada kebuddayaan sendiri, mempelajari kesenian
sendiri, memelihara bahasa sendiri, mempelajari kesusastraan sendiri, dan lain
sebagainya.
b.
Pergerakan Muhammadiyah
Pendiri atau Bapak pimpinan
Muhammadiyah ialah; Bapak Kyai Ahmad Dahlan (1868-1925). Cita-cita Kyai Haji
Ahmad Dahlan sebagai seorang ulama adalah tegas, ialah hendak memperbaiki
masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita agama Islam. Usaha-usahanya
ditujukan kepada perbaikan kehidupan rakyat dengan cara memperbaiki hidup
beragama. Jadi pergerakan Muhammadiyah menamakan usaha-usahanya kepada
perbaikan hidup beragama dengan amal-amal pendidikan dan sosial. Hal ini
disebabkan adanya kerusakan-kerusakan kaum muslimin antara lain dalam hal kerusakan dalam bidang kepercayaan,
kemunduran dalam bidang pendidikan Islam,
kebekuan dalam bidang hukum fikhi , kemiskinan rakyat dan berkurangnya
rasa gotong-royong.
Asas pendidikannya ada 5
butir yaitu, perubahan cara berpikir, kemasyarakatan, aktivitas, kreativitas
dan optimisme. Fungsi lembaga pendidikan ciptaan Ahmad Dahlan adalah :
1.
sebagai alat dakwah,
2.
tempat pembibitan dan pembinaan kader,
3.
merupakan wahana untuk melaksanakan amal para anggota
organisasi
4.
mensyukuri nikmat tuhan, artinya apa pun kemampuan anak-anak
pendidik harus memberi kesempatan berkembang, menjaga, dan merawatnya dengan
sebaik-baiknya
Kyai Haji Ahmad
Dahlan dengan cita-cita pendidikan dan pengajarannya yang berdasarkan ajaran
agama Islam dan Sunnah, sehingga dapat membentuk manusia Muslim yang bermoral
dari ajaran Al-Quran dan Sunnah, dengan pemahaman secara luas, memiliki
individualitas yang bulat dalam arti adanya keseimbangan antara segi-segi
rohani dan jasmaninya dan bersikap positif terhadap persoalan masyarakatnya.
c. Perguruan
Nasional Taman Siswa
Bapak dan
pencipta Perguruan Nasional Taman Siswa ini dilahirkan di Yogyakarta pada
tanggal 2 Mei 1889, sebagai putra dari Pangeran Ario Suryaningrat, atau sebagai
cucu dari Pakualam III. Jadi Ki Hajar Dewantoro yang nama kecilnya Raden Mas
Suwardi Suryaningrat adalah bangsawan dari Yogyakarta (Paku Alam). Meskipun
putra seorang bangsawan, tetapi selalu bergaul dengan-anak-anak rakyat jelata.
Asas dari
pendirian Taman Siswa yaitu Kemanusiaan, kebangsaan, kebudayaan, kodrat alam,
dan kemerdekaan atau kebebasan.
Dasar pendidikan
didirikannya Taman Siswa pada tahun 1922, mempunyai senjata ampuh yang terkenal
dengan istilah “Non-Cooperation” dan “self-help” atau Zelf-bedruipings
Systeem”. Non-Cooperation ialah sikap menolak kerja sama dengan pemerintah
kolonial Belanda.
Self-help atau Zelf-bedruipings
Systeem ialah sistem bersandar kepada kemampuan diri sendiri, atau sistem
membiayai diri sendiri dalam mengemudikan Pendidikan Taman Siswa, yang menuju
kepada pembangunan perekonomian rakyat yang berdasarkan kooperasi serta
pendidikan rakyat yang berdasarkan kebangsaan.
C.
Pendidikan di Indonesia Zaman Jajahan Jepang (1942-1945)
Pada masa pemerintahan
pendudukan Jepang di Indonesia, Jepang mengadakan perubahan-perubahan yang
besar dengan menghapus pelbagai jenis pendidikan rendah berdasarkan golongan-golongan
penduduk itu, yang ada hanya satu jenis sekolah rendah untuk sekolah lapisan
masyarakat yang disebut “Syoo-gekkoo” (sekolah rendah) lama belajarnya 6 tahun.
Selanjutnya, ada “TYUU Gakkoo” (sekolah menengah pertama) 3 tahun “Kootoo
gakkoo”. Sedang sekolah pendidikan gurunya ialah Kyoin Yoogoi sho (sekolah guru
B) lamanya 4 tahun dan si han Gakkoo (sekolah guru atas).
Pendidikan ala Jepang
mempunyai prograsivitas dan lebih dinamis,tetapi dinamika dan progresivitas itu
lebih ditekankan pada physical training, bukan mental disiplin. Demokratisasi
pendidikan pada masa penjajahan Jepang juga mempunyai tujuan politis, dan tidak
bersifat dinamis.Pendidikan pada zaman Jepang, tujuan pendidikan bukan untuk
memajukan bangsa Indonesia, tetapi mendidik anak-anak untuk dapat menunjang
kepentingan perang Jepang melawan sekutu
Kelemahan pendidikan zaman
Jepang
1.Kerja bakti; kinrohosi, cari
iles-iles : nama jarak cari besi tua
2.Bahasa Inggris dilarang : pengetahuan
sempit
3.Latihan kemiliteran/ baris-berbaris :
kyoren
Keuntungan
1.
Sekolah rakyat 6 tahun
2.
Bahasa Indonesia : bahasa pengantar
3.
Senam pagi : taiso
No comments:
Post a Comment