Saturday, December 28, 2013

PERANAN KETERAMPILAN PENGUATAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA



BAB I 
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Keterampilan penguatan termasuk unsure penting dalam proses belajar-mengajar yang baik dan bertujuan meningkatkan motivasi belajar siswa. Keterampilan penguatan ini terbukti efektif dalam mendorong motivasi siswa dalam belajar. Selain itu, penguatan juga salah satu unsure yang diperlukan dalam upaya meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan memperbaiki tingkah laku belajar siswa serta meningkatkan usaha siswa dalam proses belajarnya.
Untuk memperjelas objek kajian, maka penulis akan mengemukakan arti dari penguatan itu sendiri. Penguatan secara etimologi berasal dari kata “kuat” yang mempunyai arti banyak tenaganya atau kemampuan yang lebih. Secara terminologi, penguatan mempunyai makna usaha menguatkan sesuatu atau hal, yang tadinya lemah untuk menjadi lebih kuat. Menurut Moh. Uzer Usman (2005 : 80)
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik  (feet back) bagi  sipenerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu  tindakan dorongan ataupun koreksi.

Adapun menurut Wasty Soemanto (2006:129) yang dimaksud penguatan (reinforcement) adalah suatu respon positif dari guru kepada siswa yang telah melakukan suatu perbuatan yang baik atau berprestasi. Sedangkan menurut Sri Anitah W (2007:7.25) penguatan adalah respon yang diberikan terhadap perilaku atau perbuatan yang dianggap baik, yang dapat membuat terulangnya atau meningkatnya perilaku atau perbuatan yang dianggap baik tersebut. Menurut Asril ( 2010:77-78 ) penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku positif yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Jadi keterampilan penguatan yaitu pemberian respon terhadap suatu tingkah laku dengan maksud untuk mendorong berulang kembalinya tingkah laku yang direspon tersebut.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka penulis memahami bahwa penguatan merupakan cara untuk mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa serta mendorong menculnya perilaku yang positif sehingga motivasi belajar makin meningkat.
Terkait dengan uraian di atas, maka sedapat mungkin seorang guru selalu menggunakan dan menerapkan keterampilan penguatan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah agar siswa semakin termotivasi dan berbakat serta sesuai dengan harapan guru mendidik anak menjadi pribadi yang terampil dan berperilaku yang baik. Selanjutnya, bila guru selalu memberikan penguatan, maka siswa akan lebih terpacu untuk belajar sehingga motivasi belajarnya semakin meningkat.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis beranggapan bahwa siapapun guru yang menguasai keterampilan penguatan dapat memberikan motivasi belajar pada siswanya, serta dapat mendorong siswa untuk meningkatkan prestasi dan bakat yang dimilikinya karena sendirinya penguatan dapat mendorong siswa memperbaiki tingkah laku dan memompa motivasi belajarnya.
Namun kenyataannya belum sesuai dengan harapan. Hal ini dapat kita lihat di kalangan guru yang cenderung tidak paham akan metode ini dan tidak mampu menerapkan dalam proses  belajar mengajar. Dalam praktiknya sering ditemukan guru hanya member komentar negative daripada komentar positif, padahal komentar positif akan meningkatkan usahanya dalam mengembangkan hasil belajar dan motivasi siswa. Namun sayangnya guru sangat jarang memuji perilaku siswa yang positif. Yang sering terjadi adalah guru menegur atau member respon negative sehingga menurunkan semangat belajar siswa.
Memperhatikan fenomena yang ada, maka penulis berusaha mengatasi masalah ini melalui makalah ilmiah yang berjudul “ Pentingnya Penguatan dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa “
      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat mengemukakan suatu rumusan masalah yaitu bagaimanakah peranan keterampilan penguatan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

     Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulisan dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui peranan keterampilan penguatan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakekat Keterampilan Penguatan
1.      Pengertian keterampilan penguatan
Secara psikologis setiap orang membutuhkan penghargaan terhadap sesuatu usaha yang telah dilakukannya. Pujian melalui kata-kata atau memberikan respon positif terhadap perilaku yang telah ditunjukkan oleh seseorang disebut dengan penguatan. Dengan demikian yang dimaksud dengan penguatan (reinforcement) pada dasarnya adalah “suatu respon yang diberikan terhadap perilaku atau perbuatan baik, yang dapat memacu terulangnya perbuatan baik tersebut. Dalam pengertian yang lain dikemukakan oleh Wina Sanjaya (2008 ; 25) bahwa :
Keterampilan dasar penguatan (reinforcement) adalah “Segala bentuk respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik atas perbuatan atau respon siswa”.
Sedangkan menurut Wasty Soemanto (2006:129) yang dimaksud dengan pemberian penguatan (reinforcement) adalah suatu respon positif dari guru kepada siswa yang telah melakukan suatu perbuatan yang baik atau berprestasi. Adapun pengertian penguatan menurut JJ. Hasibuan (2002 : 58) mengemukakan bahwa memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam merespons secara positif suatu tingkah laku tertentu  siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali sedangkan menurut Sudirman (1992 : 329) mengemukakan bahwa :
Keterampilan memberi penguatan adalah “Alat pendidikan refresif yang menyenangkan untuk membina tingkah laku yang dikehendaki dengan memberikan pujian, hadiah, tanda penghargaan, pemberian kesempatan untuk melakukan aktivitas yang disenangi oleh siswa.

Dalam proses belajar mengajar, penghargaan atau pujian terhadap perbuatan yang baik dari siswa merupakan hal sangat diperlukan sehingga siswa terus berusaha berbuat lebih baik. Made Pidarta (1997 : 203) mengemukakan bahwa keterampilan memberi penguatan adalah penguatan terhadap individu-individu sehingga dia konsisten dengan tingkah lakunya yang sudah baik serta meningkatkannya menjadi lebih baik. Hal yang sama dikemukakan oleh A. Mursal dan H.M. Taher (1979 : 50) bahwa keterampilan memberi penguatan adalah “Suatu alat pendidikan yang diberikan kepada murid sebagai imbalan terhadap prestasi belajar yang dicapai.
Maka dapat diambil suatu pengertian bahwa keterampilan memberi penguatan merupakan suatu alat pendidikan yang menyenangkan berupa pujian, hadiah dan tanda penghargaan yang bertujuan untuk memperkuat tingkah laku anak didik yang sudah baik, sukses dalam belajar serta berprestasi yang diberikan sebagai imbalan atas prestasinya.
2.      Jenis –jenis keterampilan penguatan
Adapun jenis-jenis atau bentuk penguatan tersebut adalah sebagai berikut :
1.        Penguatan verbal
Penguatan verbal merupakan respon yang diberikan oleh guru terhadap perilaku atau respon belajar siswa yang disampaikan melalui bentuk kata-kata/ lisan atau kalimat ucapan (verbal). Penguatan melalui ucapan lisan (verbal) secara teknis lebih mudah dan bisa segera dilaksanakan untuk merespon melalui ucapan terhadap setiap respon siswa. Misalnya penguatan verbal dalam bentuk kalimat seperti kata bagus, baik, luar biasa, ya, betul, tepat, atau kata-kata lain yang sejenis, sedangkn penguatan verbal dalam bentuk kalimat seperti pekerjaanmu rapi sekali, cara anda menyampaikan argumentasi sudah tepat, berpikir anda sudah sistematis, makin lama belajar anda nampak lebih disiplin, kelihatannya anda hadir selalu tepat waktu, atau bentuk-bentuk pujian lain yang sesuai dengan perilaku yang ditunjukkan oleh siswa.
2.       Penguatan Non-Verbal
Penguatan non verbal sebaliknya dari penguatan verbal, yaitu respon terhadap perilaku belajar (respon) siswa yang dilakukan tidak dengan kata-kata atau ucapan lisan (verbal), melainkan dengan perbuatan atau isyarat-isyarat tertentu yang menunjukkan adanya pertautan dengan perbuatan belajar siswa. Adapun jenis-jenis respon (penguatan) yang digolongkan kedalam penguatan non-verbal antara lain sebagai berikut :
a.       Mimik dan gerakan badan
Mimik muka dan gerakan badan tertentu yang dilakukan oleh guru seperti: mengekspresikan wajah ceria, senyuman, anggukan kepala, mengacungkan ibu jari, tepukan tangan, dan gerakan-gerakan badan lainnya sebagai tanda kepuasan guru terhadap respon siswa.

b.      Gerak mendekati
Gerak mendekati dilakukan guru dengan cara menghampiri siswa, berdiri disamping siswa atau bahkan duduk bersama-sama dengan siswa. Pada saat guru mendekati, siswa merasa diperhatikan sehingga siswa akan merasa senang dan aman.
c.      Sentuhan
Penguatan dalam bentuk sentuhan yaitu dilakukan dengan adanya kontak fisik antara guru dengan siswa (gesturing). Misalnya berjabatan tangan, menepuk, mengelus anggota-anggota badan tertentu yang dianggap tepat, dan bentuk lain yang sejenis. Dengan sentuhan dimaksudkan untuk lebih meningkatkan motivasi siswa sehingga akan mendorong terjadinya proses dan hasil pembelajaran yang lebih efektif.
e.       Pemberian simbol atau benda
Simbol adalah tanda-tanda yang diberikan atau dilakukan guru terkait dengan perilaku belajar siswa. Misalnya memberi tanda cheklis (V), paraf, komentar tertulis, tanda bintang, dan simbol-simbol lainnya yang menunjukkan bentuk penghargaan.
f.       Penguatan tak penuh
Penguatan tak penuh yaitu respon atas sebagian perilaku belajar siswa yang belum tuntas. Misalnya apabila pekerjaan siswa belum semuanya benar, atau baru sebagian yang selesai, maka guru mengatakan “jawaban anda sudah benar, tinggal alasannya coba dilengkapi lagi”. Melalui penguatan seperti itu, siswa menyadari bahwa belum sepenuhnya jawaban yang disampaikannya selesai, dan masih harus berpikir untuk memberikan alasan yang lebih tepat. Menurut Skinner (J.W Santrock, 2007:274) penguatan berarti memperkuat, penguatan dibagi menjadi dua bagian yaitu :
Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb) sedangkan penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan) terdiri dari menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).

Satu  cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.

3.      Prinsip-prinsip keterampilan penguatan
Dalam menggunakan prinsip – prinsip dalam memberikan penguatan, maka guru harus  memperhatikan hal-hal seperti :
a.      Kehangatan dan keantusiasan
Dalam memberikan penguatan, guru hendaknya menampakkan kehangatan dan keantusiasan, menunjukkan sifat yang baik, menarik dan juga sungguh-sungguh sehingga siswa merasa senang dengan sikap guru diwaktu memberi penguatan. Dalam pemberian penguatan diharapkan guru menunjukkan ekspresi wajah yang menarik, sinar mata yang sejuk, suara yang jelas dan enak didengar. Kehangatan dan keantusiasan guru akan menjadikan penguatan yang diberikannya lebih efektif.
b. Kebermaknaan
Kebermaknaan dalam artian penguatan diberikan sesuai dengan respon dan  tingkah laku sehingga menimbulkan keyakinan dalam diri siswa apakah ia pantas diberikan penguatan atau tidak. Pemberian penguatan hendaknya disesuaikan dengan tingkat pencapaian keberhasilan siswa dan mempunyai arti bagi siswa yang melakukan perbuatan itu sehingga penguatan dapat diterima siswa dengan senang hati.

c. Hindari penggunaan penguatan negatif
Walaupun pemberian kritik atau hukuman adalah efektif untuk dapat mengubah motivasi,penampilan dan tingkah laku siswa, namun pemberian itu memiliki akibat yang sangat kompleks, dan secara psikologis agak kontraversial,karena itu sebaiknya dihindari banyak akibat yang muncul yang tidak dikehendaki misalnya siswa menjadi frustasi,pemberani, hukuman dianggap sebagai kebanggaan,dan peristiwa akan terulang kembali.
d. Penggunaan bervariasi
Pemberian penguatan seharusnya diberikan secara bervariasi baik komponennya maupun caranya dan diberikan secara hangat dan antusias. Penggunaan cara dan jenis komponen yang sama misalnya guru selalu menggunakan kata-kata “bagus” akan mengurangi pemberiannya bervariasi, mula-mula keseluruhan anggota kelas, kemudian kelompok kecil, akhirnya keindividu, atau sebaliknya tidak berurutan.
e. Sasaran penguatan harus jelas
Agar memberi pengaruh yang efektif, semua bentuk penguatan harus diberikan dengan memperhatikan siapa sasarannya dan bagaimana teknik pelaksanaannya. Di samping itu juga perlu diingat bahwa penguatan harus diberikan dengan hangat dan penuh semangat, harus bermakna bagi siswa, dan jangan menggunakan kata-kata yang tidak pada tempatnya.

4.      Tujuan dan manfaat  pemberian penguatan dalam proses belajar mengajar.
Pemberian penguatan dan penerapannya secara bijaksana dan sistematis berdasarkan cara dan prinsip yang tepat, akan dapat mencapai beberapa tujuan yang merupakan kemungkinan kemanfaatan penggunaan penguatan. Dalam kegiatan pembelajaran, penghargaan mempunyai arti penting untuk meningkatkan tingkah laku dan penampilan siswa yang baik, diberi penghargaan dalam bentuk senyuman ataupun kata-kata pujian yang merupakan penguatan terhadap tingkah laku dan penampilan siswa. Adapun tujuan dari pemberian penguatan alam pembelajaran antara lain adalah :
1.   Meningkatkan perhatian siswa; bahwa melalui penguatan yang diberikan oleh guru terhadap perilaku belajar siswa, siswa akan merasa akan merasa diperhatikan oleh gurunya. Dengan demikian perhatian siswa pun akan semakin meningkat seiring dengan perhatian guru melalui respon yang diberikan kepada siswanya.
2.   Membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa; apabila perhatian siswa semakin baik, maka dengan sendirinya motivasi belajarnya pun akan semakian baik pula. Upaya memelihara dan membangkitkan motivasi belajar tersebut, yaitu melalui penguatan.
3.   Memudahkan siswa belajar; bahwa tugas guru sebagai fasilitator pembelajaran bertujuan untuk memudahkan siswa belajar. Untuk memudahkan belajar harus ditunjang kebiasaan-kebiasaan positif dalam pembelajaran, yaitu dengan memberikan renpon-respon (penguatan) yang akan semakin mendorong keberanian siswa untuk mencoba, bereksporasi dan terhindar dari perasaan takut salah dalam belajar.
4.   Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa; rasa percaya diri merupakan modal dasar dalam belajar. Perasaan khawatir, ragu-ragu, takut salah dan perasaan-perasaan negative yang akan mempengaruhi terhadap kualitas proses pembelajaran harus dihindari. Salah satu upaya untuk memperkecil perasaan-perasaan negative dalam belajar, yaitu melalui pemberian penguatan atau respon yang diberikan oleh guru terhadap sekecil apapun perbuatan belajar siswa.
5.   Memelihara iklim kelas yang kondusif; suasana kelas yang menyenagkan, aman, dan dinamis, akan mendorong aktivitas belajar siswa lebih maksimal. Melalui penguatan yang dilakukan oleh guru, suasana akan lebih demokratis sehingga siswa akan lebih bebas untuk mengemukakan pendapat, berbuat, mencoba, dan melakukan perbuatan-perbuatan belajar lainnya. Hal ini tentu saja sebagai dampak dari adanya respon yang mengirigi terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan oleh siswa.
B.     Hakikat Motivasi Belajar
1.      Pengertian motivasi belajar
Motivasi menjadi sesuatu hal yang sangat penting tatkala kita akan melakukan sesuatu. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.
Motivasi berasal dari bahasa Latin, movere yang berarti bergerak atau bahasa Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor lain, baik faktor eksternal, maupun faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut motivasi.
Dalam buku Psikologi Pendidikan Drs. M. Dalyono (2005: 55) mengemukakan bahwa motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar. Menurut Dadi Permadi (2000: 72) motivasi adalah dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, baik yang positif maupun yang negatif”. Sedangkan Sudarwan Danim (2004: 2) mengemukakan bahwa
Motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya.

Adapun pengertian motivasi belajar yang dikemukakan Winkel (1983: 27) bahwa motivasi belajar merupakan faktor psikis, yang ber­sifat nonintelektual yang berperan dalam hal gairah belajar sedangkan menurut A.M. Sardiman (2005:75) mengemukakan bahwa
Motivasi belajar diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.

Ada pula pengertian motivasi belajar menurut H. Mulyadi (1991 : 87) yaitu motivasi belajar adalah membangkitkan dan memberikan arah dorongan yang menyebabkan individu melakukan perbuatan belajar. Sejalan dengan itu, menurut Tadjab (1994 : 101) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan.
Dari uraian yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
2.      Prinsip-prinsip motivasi belajar
Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller  telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi belajar yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai model ARCS, yaitu:
a.      Attention (Perhatian)
b.      Relevance (Relevansi)
c.       Relevance (Relevansi)
d.      Satisfaction (Kepuasan)
Untuk lebih memperjelas maka prinsip-prinsip tersebut dapat diuraikan sebagai berikut ;
a.   Attention (Perhatian)
Perhatian siswa muncul karena didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu, rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga siswa akan memberikan perhatian selama proses pembelajaran. Rasa ingin tahu tersebut dapat dirangsang melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks.

b.      Relevance (Relevansi)
Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa . Motivasi siswa akan terpelihara apabila mereka menganggap bahwa apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang.
c.       Confidence (Percaya diri)
Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini seringkali dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa lampau. Motivasi dapat memberikan ketekunan untuk membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi untuk mengerjakan tugas berikutnya.
d. Satisfaction (Kepuasan)
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun luar individu. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi siswa, dapat menggunakan pemberian penguatan berupa pujian, pemberian kesempatan, dan sebagainya.



3.      Macam-macam motivasi belajar

Berbicara tentang jenis dan macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dalam membahas macam-macam motivasi belajar, ada dua macam sudut pandang, yakni menurut Syaiful Bahri (2002 : 115) motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu sedangkan Sobry Sutikno (2007 ; 24) mengemukakan bahwa motivasi intrinsik sebagai motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan, motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang tanpa memerlukan rangsangan dari luar.

Motivasi belajar yang kedua yaitu motivasi ekstrinsik. Menurut A.M. Sardiman (2005:90) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sedangkan Rosjidan, et al (2001:51) menganggap motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang tujuan-tujuannya terletak diluar pengetahuan, yakni tidak terkandung didalam perbuatan itu sendiri. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dan berfungsi karena adanya pengaruh dari luar.

C.    Penerapan Keterampilan Penguatan untuk  Memotivasi Belajar Siswa

Kebiasaan yang jarang sekali dilakukan oleh guru di dalam kelas adalah memberikan penguatan kepada siswa, jarang sekali kita mendengar guru mengatakan bagus atau mengacungkan jempol kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Padahal salah satu kompetensi profesional yang harus dimiliki seorang guru adalah mampu membangkitkan motivasi belajar siswa dan penguatan merupakan salah satu cara yang efektif untuk membangkitkan motivasi belajar siswa.
Bagaimana mekanisme tumbuhnya motivasi akibat penguatan ? Maslow pernah mengatakan bahwa setiap manusia memiliki hirarkis kebutuhan dari mulai kebutuhan fisik, rasa aman, penghargaan, dicintai dan mencintai, aktualisasi diri, dan kebutuhan akan pengetahuan. Sebenarnya yang penguatan guru berikan merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan dihargai, dicintai bahkan sebagai salah satu bentuk bahwa subjek belajar telah berhasil membuktikan dirinya (aktualisasi diri), tentu saja ketika kebutuhan subjek belajar terpenuhi ini maka ia akan merasakan kepuasan yang akan mendorongnya untuk kembali melakukan hal yang sama.
Pengalaman di dalam kelas ketika salah seorang siswa yang nakal diberikan penguatan karena siswa tersebut secara kebetulan bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan, menunjukkan perilaku kebiasaan berbuat onar ketika jam pelajaran menjadi berkurang bahkan siswa tersebut berbalik menjadi siswa yang aktif berpartisipasi ketika pertanyaan di lontarkan kepada seluruh siswa di kelas.
Dari contoh di atas, selain untuk membangkitkan motivasi, penguatan juga berguna untuk mempertahankan perilaku yang diinginkan dari subjek belajar. Dalam sejarah teori belajar sendiri, penguatan dipakai hampir di setiap aliran teori belajar, teori belajar behavioristik yang menekankan kepada stimulus dan respon, menggunakan penguatan sebagai bentuk stimulus lanjutan untuk mempertahankan respon yang tepat, teori belajar psikologi humanistik juga menekankan pentingnya motivasi agar siswa bisa mengeluarkan potensi dalam dirinya.
Namun perlu diingat bahwa penguatan yang kita berikan haruslah diberikan dalam situasi dan waktu yang tepat agar bisa efektif, terdapat beberapa situasi yang cocok dalam memberikan yaitu:
·         Pada saat peserta didik menjawab pertanyaan, atau merespon stimulus guru atau peserta didik yang lain,
·         Pada saat siswa menyelesaikan PR dan mengerjakan tugas-tugas latihan,
·         Pada saat membahas dan membagikan hasil-hasil latihan dan ulangan,
·         Pada saat situasi tertentu tatkala peserta didik mengikuti kegiatan secara sungguh-sungguh.
Secara umum kita bisa mengatakan bahwa penguatan yang tepat diberikan dalam situasi ketika individu tengah melakukan aktivitas belajar demi meningkatkan motivasi belajarnya.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas maka penulis meyimpulkan bahwa, penguatan yang diberikan oleh seorang guru sangat berperan penting dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulu-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan.
Penguatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar diantaranya yaitu penguatan dapat dianggap sebagai stimulus positif, jika penguatan tersebut seiring dengan meningkatnya perilaku anak yang melakukan pengulanggan perilakunya itu. Selain itu pengutan juga berperan penting untuk membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Apabila perhatian siswa semakin baik, maka dengan sendirinya motivasi belajarnya pun akan semakian baik pula. Upaya memelihara dan membangkitkan motivasi belajar tersebut, yaitu melalui penguatan.
 Melalui penguatan, siswa akan merasakan bahwa hasil perbuatannya dihargai, mendapatkan tempat dan oleh karenanya akan menjadi pemacu motivasi untuk berusaha meningkatkan prestasi atau berbuat yang lebih baik dalam melaksanakan tugasnya.


 

B.     Saran
Melihat kondisi siswa sekarang ini yang memiliki motivasi belajar yang cenderung rendah, maka penulis menyarakan kepada pihak yang terlibat dalam proses belajar mengajar terutama seorang guru harus memiliki pengetahuan yang banyak tentang keterampilan memberikan penguatan baik itu penguatan verbal maupun non verbal. Hal ini bermanfaat untuk diterapkan kepada siswa guna meningkatkan motivasi belajar siswa itu sendiri agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.





DAFTAR PUSTAKA
Anitah W, Sri.  2007. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.

Asril, Zainal. 2010. Micro Teaching. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok.

Jakarta : Rineka Cipta.

 

Hasibuan, JJ. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Mulyadi. 1991. Psikologi Pendidikan, Biro Ilmiah. Malang : FT. IAIN Sunan
Ampel.

Mursal,A dan Taher, H.M. 1979. Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan.
Bandung : PT. Al-Ma’arif.

Permadi, Dadi. 2000. Manajemen Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan

Mandiri Kepala Sekolah. Bandung, PT Sarana Panca Karsa.

 

Pidarta, Made. 1997. Landasan Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jakarta : Kencana.

Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Grup.

Sardiman,A. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rajawali Pers.

Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan.  Jakarta : Rineka Cipta.
Sudirman. 1992. Ilmu Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Tadjab, MA. 1994. Ilmu Pendidikan. Surabaya : Karya Abditama.
Usman, Moh Uzer. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung :  PT.
Remaja Rosda Karya.

Winkel, W. S. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

 









Semata Wayang

SISTEM PEMBELAJARAN

SISTEM PEMBELAJARAN A.     Pengertian dan Kegunaan Sistem Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan...