Sunday, December 15, 2013

Teori-Teori Belajar (Kontruktivisme, Humanisme, Behaviorisme, Kognitivisme )


HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DI SD/MA
(Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran)
1.3 Teori Belajar Konstruktivisme
Saat ini terdapat beragam inovasi baru di dunia pendidikan terutama pada proses pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah konstruktivisme. Pemulihan pendekatan ini lebih dikarenakan agar pembelajaran membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba memecahkan persoalannya. Pembelajaran di kelas masih dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi langsung kepada benda-benda konkret.
1.3.1 Pengertian belajar kontruktivisme
            Teori belajar konstruktivisme ini bertitik tolak dari pada teori pembelajaran Behaviorisme yang didukung oleh B.Fskinner yang mementingkan perubahan tingkah laku pada pelajar, contohnya dari tidak tahu kepada tahu. Hal ini kemudian beralih kepada teori pembelajaran konstruktivismeyang diperkenalkan oleh Jean Piaget dimana ide utama dari pandangan ini adalah mental. Semua dalam diri individudiwakili melalui strukturmental dikenalsebagai skema yang akanmenentukan bagaimanadata dan informasi yang diterima, difahami oleh manusia. Jika ide tersebut sesuai dengan skema maka ide ini akan diterima begitu juga sebaliknya. Lahirlah teori konstruktivisme yang merupakan pandangan terbarudimana pengetahuanakan dibangun sendiri oleh pelajar berdasarkan pengetahuan yang ada pada mereka.
            Perspektif konstruktivisme mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting. Dalam proses belajar , hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang sebagai upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan yang bersifat subyektif.
            Jadi dapat didefenisikan  sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahamihakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberikan makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan baru , apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman . ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
            Von Glasefeld mengatakan bahwa konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi ( bentukan ) kita sendiri. Menurut para penganut konstruktif pengetahuan dibina secara aktif oleh seseorang yang berfikir. Untuk membangun suatu pengetahuan baru peserta didik akan menyesuaikan informasi baru atau pengalaman yang disampaikan guru dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimilikinya melalui berinteraksi sosial dengan peserta didiknya. Dalam wawasan ini, sebenarnya siswalah yang mempunyai peranan penting dalam belajar , sedangkan guru secara fleksibel menempatkan diri sebagaimana diperlukan oleh siswanya dalam proses memahami dunianya.


1.3.2 Hakikat pembelajaran teori  Konstruktivisme
Dalam hal ini hakikat pembelajaran menurut teori  Konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru dan pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya menjadi pengetahuan yang bermakna. Teori belajar ini mencerminkan siswa memiliki kebebasan artinya siswa dapat memanfaatkan teknik belajar apaun asal tujuan belajar dapat tercapai.
Selain itu, Nicson mengatakan bahwa pembelajaran dalam pandangan koinstruktivisme adalah membantu siswa untuk membangun konsep-konsep dalam belajar dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep itu terbangun kembali melalui transformasi baru untuk menjadi konsep baru. Peran guru bukanlah pemberi  jawaban akhir , melainkan mengarahkan mereka untuk membentuk pengetahuan.
Sehubung dengan hal di atas, Tasker mengemukakan  tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme  sebagai  berikut  :
1.      Peran aktif siswa dalam mengkontruksi pengetahuan secara bermakna.
2.      Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pngkonstruksian secara bermakna.
3.      Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Wheatley mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak. Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, hanbury mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan dengan pembelajaran, yaitu :
1.      Siswa mengkontruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki.
2.      Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti,
3.      Strategi siswa lebih bernilai,
4.      Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling tukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme , Tyler mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut :
1.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri.
2.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi kreatif dan imajinatif.
3.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
Dapat disimpulakan bahwa pembelajaran yang mengacu pada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.

1.3.3 Ciri-ciri teori belajar konstruktivisme
 Ada beberapa ciri dalam pembelajaran model,konstruktivisme yaitu
1.      Mencari tau dan menghargai titik pandang dan pendapat siswa
2.      Pembelajaran dilakukan atas dasar pemngetahuan awal siswa
3.      Memunculkan masalah yang relavan dengan siswa
4.      Menyusun pembelajaran yang menantang dugaan siswa
5.      Menilai hasil pembelajaran dalam konteks pembelajaran sehari-hari
6.      Siswa lwbih aktif dalam proses belajar
7.      Setiap pandangan sangat dihargai dan di perlukan
8.      Proses belajar harus mendorong adanya kerja sama tapi bukan untuk bersaing
9.      Kontrol kecepatan dan fokus pembelajaran ada pada siswa
10.  Pendekatan konstruksifis memberikan pengalaman belajar yang tidak terlepas dengan apa yang di alami langsung dengan siswa.
1.3.4 Komponen dalam teori belajar konstruktivisme
1.      Pengetahuan awal
2.      Fakta dan masalah
3.      Sistematika berfikir
Dalam menerapkan teori konstruktifisme dalam belajar dapat digunakan model pemebelajaran yang melibatkan beberapa tahap yaitu :
1.Pengenalan
            Tahap pengenalan merupakan pemberian hal-hal yang konkrit dan muda dengan contoh-contoh sederahana yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini guru perlu mencermati melalui kompetensi awal yang di miliki peserta didik untuk maju ke tahap berikutnya.
2. Pembelajaran kompetensi
            Tahap pembelajaran kompetensi merupakan tahap di mana peserta didik mulai beranjak dari mengenali kompetensi baru ke menguasai kompetensi dasar.
3.Pemulihan
            Hasil penilaian akan menunjukkan apakah peserta didik perlu diberi tahap pemulihan yaitu tahap di mana peserta didik memulihkan prakonsep menjadi suatu konsep atau kompetensi secara benar.
4.Pendalaman
            Apabila peserta didik berminat dan kompetensi dasar telah dikuasai secara tuntas, tahap pemulihan dapat di lewati dan maju ke tahap berikutnya yaitu tahap pendalaman.
5.Pengayaan
            Selanjutnya dapat diberikan tahap pengayaan agar peseta didik memperoleh fariasi pengalaman belajar. Berbagai latihan dapat di gunakan untuk mendalami atau memperkaya kompetensi .
            Secara teoritik studi ini berimplikasi bahwa siswa seharusnya di pandang sebagai individu yang memiliki potensi yang unik untuk bekembang bukan sebagai tong kosong yang hanya menunggu untuk di isi oleh orang dewasa (guru). Secara praktis studi ini berimplikasi bahwa model belajar konstruktifisme di butuhkan untuk mengembangkan kecakapan pribadi-sosial siswa dalam mengembangkan potensi kreatifnya melalui pembelajaran di sekolah.
1.4 Teori Belajar Humanisme
            1.4.1 Pengertian teori belajar Humanisme
            Jiwa manusia termasuk peserta didik terdiri atas berbagai potensi psikologis, baik dalam dominan kognitif maupun dalam dominan afektif dan konatif ( psikomotorik ). Pengertian Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Menurut maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah
1.      Kebutuhan aktualisasi diri
2.      Kebutuhan untuk dihargai
3.      Kebutuhan untuk dihargai dan disayangi
4.      Kebutuhan akan rasa tenteram dan aman
5.      Kebutuhan fisiologi/dasar
Carl Roger adalah seorang psikolog humanisme yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Menurut Roger yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan siswa. Guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa diri dan dunia seseorang.
Bagaimana proses belajar dapat terjadi menurut teori belajar humanisme??? Orang belajar karena ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk dipelajari, mengusahakan proses belajar dengan caranya sendiri, dan menilainya sendiri tenteng apakah proses belajarnya berhasil. Jadi teori belajar humanisme yaitu suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.
1.4.2 Prinsip-prinsip Teori belajar humanisme
a.       Manusia mempunyai belajar alami
b.      Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud tertentu.
c.       Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
d.      Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan bila ancaman itu kecil.
e.       Bila ancaman itu rendah terdapat pengalaman siswa dalam memperoleh cara.
f.       Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya.
g.      Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar.
h.      Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam.
i.        Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri.
j.        Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
1.4.3 Penerapan teori belajar humanisme
Dalam kaitannya dengan proses pendidikan formal ( sekolah ), Slavin mengelompokkan tahapan perkembangan anak, yaitu tahapan early childhood, tahapan middle childhood, dan tahapan adolescence, dengan dimensi utama perkembangan mencakup dimensi kognitif, dimensi fisik, dan dimensi sosioemosi. Tiap dimensi perkembangan tersebut memiliki kaarakteristik yang berbeda antara tahapan perkembangan yang satu dengan tahapan perkembaangan yang lainnya.
Aplikasi teori humanisme dalam pembelajaran, guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok. Pembelajaran berdasarkan teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap fenomena sosial. Menurut Gege dan Berliner, prinsip dasar dari pendekatan humanisme untuk mengembangkan pendidikan, murid akan belajar dengan baik apa yang mereka mau dan perlu ketahui. Mengetahui bagaimana cara belajar lebih penting daripada membutuhkan banyak pengetahuan. Murid akan belajar lebih baik dalam lingkungan yang tidak mengancam.
Peran guru dalam proses pembelajaran humanisme adalah menjadi fasilitor bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama  ( student center ) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa mampu memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Pembelajaran berdasarkan teori humanisme ini cocok untuk diterapkan. Keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terkait oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
1.5 Teori Belajar Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.  Dalam konsep Behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat di ubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar.
Teori behaviorisme sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat di amati. Teori-teori dalam rumpun ini sangat bersifat molekular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekul-moleku. Ada beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu :
1.      Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian terkecil
2.      Bersifat mekanistik
3.      Menekankan peranan lingkungan
4.      Mementingkan pembentukan reaksi atau respon
5.      Menekankan pentingnya latihan
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon)
1.5.1 Tokoh-Tokoh Behaviorisme Beserta Pemikirannya
1. Edward Edward Lee Thorndike/ Teori Koneksionisme
Thorndike berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari Universitas Wesleyen tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doktor di Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara lain Educational Psychology (1903), Mental and social Measurements (1904), Animal Intelligence (1911), Ateacher’s Word Book (1921),Your City (1939), dan Human Nature and The Social Order (1940).
Menurut Thorndike dasar dari belajar adalah Trial and error atau secara aslinya di sebut sebagai learning by selecting and connecting. Thorndike mengajukan pengertian tersebut dari eksperimennya dengan Puzzle box. Atas dasar pengamatannya terhadap bermacam-macam percobaan, thorndike sampai pada kesimpulan bahwa hewan itu menunjukan adanya penyesuaian diri sedemikian rupa sebelum hewan itu dapat melepaskan diri dari puzzle box. Selanjutnya di kemukakan bahwa perilaku dari semua hewan coba itu sama, yaitu apabila hewan coba, dalam hal ini kucing yang di gunakan dan di hadapkan pada masalah, ia dalam keadaan discomfort dan dalam memecahkan masalahnya menggunakan trial dan error.
Dalam eksperimennya Thorndike mengajukan adanya tiga macam hukum yang sering di sebut dengan hukum primer dalam belajar :
a)      Hukum Kesiapan (law of readiness)
Apabila suatu ikatan siap untuk berbuat, perbuatan itu memberikan kepuasan, sebaliknya apabila tidak siap maka akan menimbulkan ketidak puasan/ketidaksenangan terganggu. Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi(connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak.
b)      Hukum Latihan (law of exercise)
Artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering di pakai dan akan semakin berkurang apabila tidak di gunakan. Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan.
c)      Hukum akibat (law of effect)
Hukum akibat  yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah  jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
2. Teori Belajar Menurut Watson
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
3. Teori Belajar Menurut Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).

4. Edwin Guthrie/Kontiguitas
Kunci teori guthrie terletak pada prinsip tunggal bahwa kontiguitas merupakan fondasi pembelajaran. Guthrie memandang perilaku sebagai gerakan dari pada sebagai respon. Dalam pembedaan ini, ia mengartikan gerakan sebagai komponen unit respon yang lebih besar atau tindakan behavioral. Sejalan dengan itu, perilaku-perilaku terlatih dapat di pandang sebagai suatu respon kasar yang terdiri dari unit-unit gerakan yang lebih kecil. Demikian juga stimuli di pandang sebagai situasi kompleks yang terdiri dari unit-unit gerakan yang lebih kecil. Prinsip kontiguitas menyatakan bahwa suatu kombinasi elemen-elemen stimulus di sertai dengan gerakan, sekuens gerakan akan berulang, bila di hadapkan pada elemen stimulus yang sama. Guthrie berpendapat bahwa pembelajaran adalah suatu pola atau rantai gerakan yang terpisah yang di timbulkan oleh sinyal-sinyal stimulus lingkungan dan internal.
Karena pandangan Guthrie tentang asosiasi tergantung pada stimulus dan respon, peran penguatan memiliki interpretasi unik. Guthrie percara pada pembelajaran satu kali mencoba, dengan kata lain kedekatan hubungan antara elemen-elemen stimulus dan respon langsung menghasilkan ikatan asosiatif penuh.
5. Burrhus Frederic Skinner/Operant conditioning
Ia seorang tokoh dalam kondisioning operan seperti halnya Thorndike, sedangkan pavlov adalah tokoh kondisioning klasik. Bukunya yang berjudul ”Behaviorism of organism” yang di terbitkan pada tahun 1838 memberikan dasar dari sistemnya. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”.  Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika
B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik
Reber menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning. Memotivasi agar berlanjut pada komponen tingkah laku selanjutnya sampai pada akhirnya pembentukan tingkah laku puncak yang di harapkan.
Skinner berpendapat bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu perlu di urutkan atau di pecah-pecah menjadi bagian-bagian atau komponen tingkah laku yang spesifik. Selanjutnya agar tetap terbentuk tingkah laku yang di harapkan pada setiap tingkah laku yang spesifik yang telah di respon, perlu di berikan hadiah agar tingkah laku tersebut secara terus menerus di ulang, serta untuk memotivasi agar berlanjut kepada komponen tingkah laku selanjutnya sampai akhirnya pembentukan tingkah laku puncak yang di harapkan.
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
a) Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan   stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
b) Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Beberapa prinsip  Belajar Skinner antara lain :
a)      Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika bebar diberi penguat.
b)      Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
c)      Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
d)     Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
e)      Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
f)       Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variabel Rasio reinforcer.
g)      Dalam pembelajaran digunakan shaping.
1.6 Teori Belajar Kognitivisme
Salah satu teori belajar yang dikembangkan selama abad ke-20  adalah teori belajar kognitif, yaitu teori belajar yang melibatkan proses berfikir secara komplek dan mementingkan proses belajar.
Menurut Drs. H. Baharuddin dan Esa Nur wahyuni (2007: 89) yang menyatakan” aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukan sekedar  stimulus da respons yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam individu yang  sedang belajar”.
Kutipan tersebut di atas berarti bahwa belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan perilaku, sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan lain sebagainya.
Teori belajar kognitif menurut Drs. Bambang Warsita yang beranggapan bahwa” Belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh  pemahaman”. Maksudnya bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku. Dimana teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam kontek situasi secara keseluruhan.
Seperti juga di ungkapkan oleh Winkel (1996:53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas.”. Hal ini berarti bahwa perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang dialami oleh manusia, dimana pengalaman tersebut bersifat relatif menjadi proses belajar yang membekas dalam fikiran manusia. Selain itu teori belajar kognitif memandang “belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi.”
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
1.6.1 Tokoh-Tokoh Kognitivisme Beserta Pemikirannya
1.        Piaget
Menurut Piaget dalam buku “Teknologi Pembelajaran” dari Drs. Bambang Warsita (2008:69) yang menjelaskan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu prosess genetika yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Dalam buku “Psikologi Pendidikan” karya Wasty Soemanto (1997:123) yang menyatakan teori belajar piaget disebut cognitive-development yang memandang  bahwa proses berfikir sebagai aktivitas gradual dari pada fungsi intelektual dari kongkrit. Belajar terdiri dari tiga tahapan yaitu :asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang anak berbeda pada tahap satu debfab tahap lainnya yang secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya. Oleh karena itu guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.
Langkah-langkah pembelajaran dalam merancang pembelajaran menurut Piaget, antara lain:1) menentukan tujuan pembelajaran; 2)memilih materi pembelajaran; 3) menentukan topik-topik yang dapat dipelajari oleh peserta didik; 4) menentukan dan merancang kegiatan pembelajaran sesuai topik; 5) mengembangkan metode pembelajaran; 6) melakukan penilaian proses dan hasil peserta didik.

2.        David Ausubel
Menurut Ausubel dalam buku karya Drs. Bambang Warsita bahwa “belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari diasimilasi secara nonarbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya”(2008:72). Hal ini berari bahwa pembelajaran bermakna merupakan suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif peserta didik. Dimana Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta saja, tetapi merupakan kegiatan yang menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Jadi guru harus menjadi perancang pembelajaran dan pengembang  program pembelajaran dengan berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang dimiliki peserta didik dan membantu memadukan secara harmonis dengan pengetahuan baru yang dipelajari.
Langkah-langkah pembelajaran bermakna menurut Ausebel,dalam merancang pembelajaran antara lain: 1) menentukan tujuan pembelajaran; 2) melakukan identifikasi peserta didik; 3) memilih materi pembelajaran sesuai karakteristik peserta didik dan mengaturnya dalam bentuk konsep inti; 4) menentukan topik peserta didik dalam bentuk advance organizers; 5) mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik; 6) mengatur topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks; 7) melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

3.        Jerome Bruner
Berdasarkan Drs. Wasty Soemanto (1997:127)  dan Drs. Bambang warsita(2008:71) dimana  Jarome Bruner mengusulkana teori yang disebutnya free discovery learning.Teori ini bertitik tolak pada teori kognitif, yang menyatakan belajar adalah perubahan persepsi dan pemahan. Maksudnya,  teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan termasuk konsep, teori, ide, definisi dan sebagainya melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili aturan yang menjadi sumbernya.
Keuntungan belajar menemukan : Menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga dapat memotivasi siswa sehingga dapat menemukan jawabannya. Menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara mandiri dan mengharuskan siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi. Menurut Burner  ada tiga tahap perkembangan kognitif seseorang yang ditentukan oleh cara melihat lingkungan, antara lain: tahap pertama enaktif yaitu peserta didik melakukan aktivitas dalam usaha memahami lingkungan; tahap kedua, ikonik yaitu peserta didik melihat dunia melalui gambar dan visualisasi verbal; tahap yang ketiga, simbolok yaitu peserta didik mempunyai gagasan abstrak dimana komunikasi dibantu sistem simbolik.
Langkah-langkah pembelajaran dalam merancang pembelajaran  menurut Bruner antara lain: 1) menentukan tujuan pembelajaran; 2) melakukan identifikasi peserta didik; 3) memilih materi pembelajaran; 4) menentukan topik secara induktif; 5) mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik; 6) mengatur topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks; 7) melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.
4.    Albert Bandura
Bandura berpendapat tentang teori kognitif sosial. Seperti yang dijelaskan dalam buku karya John W. Santrock (2007:285) yang menyatakan bahwa teori Kognitif Sosial  (Social Cognitive Theory) merupakan faktor sosial dan kognitif dan juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Hal ini berarti bahwa faktor kognitif berupa ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan sedangkan faktor sosial mencakup pengamatan murid terhadap perilaku orang tuanya. Jadi menurut Bandura antara faktor kognitif/person, faktor lingkungan dan faktor perilaku mempengaruhi satu sama lain dan faktor-faktor ini bisa saling berinteraksi untuk mempengaruhi pembelajaran. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi, pemikiran dan kecerdasan.
5.        Kurt Lewin
Yang juga merupakan tokoh teori belajar kognitif adalah Kurt Lewin yang menyatakan tentang teori belajar medan kognitif (cognitive-field learning theory). Seperti yang di jelaskan oleh Nana Sudjana dalam bukunya yang menjelaskan bahwa dalam teori belajar medan kognitif, “belajar didefinisikan sebagaai proses interaksional dimana pribadi menjangkau wawasan-wawasan baru dan atu merubah sesuatu yang lama”(1991:97).  Hal ini berarti bahwa seseorang harus peduli dengan diri mereka sendiri dan juga dengan orang lain, dengan belajar secara afektif sehingga diharapkan mereka atau seorang guru bisa mengerti dengan dirinya sendiri dan dapat melaksanakan tugas dengan lebih baik selain itu juga mengembangkan sistem psikologis yang bermanfaat dalam berurusan dengan anak-anak dan pemuda dalam ssituasi belajar.
1.6.2 Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif
Berdasarkan  pendapat dari Drs. Bambang Warsita (2008:89) yang menyatakan tentang prinsip- prinsip dasar teori kognitivisme,  antara lain:
·         Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan.
·         Peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran.
·         Menekankan pada pola pikir peserta didik.
·         Berpusat pada  cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya.
·         Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai proses aktif di dalam diri peserta didik.
·         Menerapkan reward and punishment.
·         Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung pada informasi yang disampaikan guru, tetapi juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut.


No comments:

Post a Comment

Semata Wayang

SISTEM PEMBELAJARAN

SISTEM PEMBELAJARAN A.     Pengertian dan Kegunaan Sistem Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan...