BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keterampilan penguatan termasuk
unsure penting dalam proses belajar-mengajar yang baik dan bertujuan meningkatkan
motivasi belajar siswa. Keterampilan penguatan ini terbukti efektif dalam
mendorong motivasi siswa dalam belajar. Selain itu, penguatan juga salah satu
unsure yang diperlukan dalam upaya meningkatkan keterlibatan siswa dalam
kegiatan pembelajaran dan memperbaiki tingkah laku belajar siswa serta
meningkatkan usaha siswa dalam proses belajarnya.
Untuk memperjelas objek kajian,
maka penulis akan mengemukakan arti dari penguatan itu sendiri. Penguatan
secara etimologi berasal dari kata “kuat” yang mempunyai arti banyak tenaganya
atau kemampuan yang lebih. Secara terminologi, penguatan mempunyai makna usaha
menguatkan sesuatu atau hal, yang tadinya lemah untuk menjadi lebih kuat.
Menurut Moh. Uzer Usman (2005 : 80)
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk
respon, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau umpan balik (feet back)
bagi sipenerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu
tindakan dorongan ataupun koreksi.
Adapun menurut Wasty Soemanto
(2006:129) yang dimaksud penguatan (reinforcement)
adalah suatu respon positif dari guru kepada siswa yang telah melakukan suatu
perbuatan yang baik atau berprestasi. Sedangkan menurut Sri Anitah W
(2007:7.25) penguatan adalah respon yang diberikan terhadap perilaku atau
perbuatan yang dianggap baik, yang dapat membuat terulangnya atau meningkatnya
perilaku atau perbuatan yang dianggap baik tersebut. Menurut Asril ( 2010:77-78
) penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku positif yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Jadi
keterampilan penguatan yaitu pemberian respon terhadap suatu tingkah laku
dengan maksud untuk mendorong berulang kembalinya tingkah laku yang direspon
tersebut.
Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas maka penulis memahami bahwa penguatan merupakan cara
untuk mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa serta mendorong menculnya
perilaku yang positif sehingga motivasi belajar makin meningkat.
Terkait dengan uraian di atas, maka
sedapat mungkin seorang guru selalu menggunakan dan menerapkan keterampilan
penguatan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah agar siswa semakin
termotivasi dan berbakat serta sesuai dengan harapan guru mendidik anak menjadi
pribadi yang terampil dan berperilaku yang baik. Selanjutnya, bila guru selalu
memberikan penguatan, maka siswa akan lebih terpacu untuk belajar sehingga
motivasi belajarnya semakin meningkat.
Berdasarkan uraian di atas maka
penulis beranggapan bahwa siapapun guru yang menguasai keterampilan penguatan
dapat memberikan motivasi belajar pada siswanya, serta dapat mendorong siswa
untuk meningkatkan prestasi dan bakat yang dimilikinya karena sendirinya
penguatan dapat mendorong siswa memperbaiki tingkah laku dan memompa motivasi
belajarnya.
Namun kenyataannya belum
sesuai dengan harapan. Hal ini dapat kita lihat di kalangan guru yang cenderung
tidak paham akan metode ini dan tidak mampu menerapkan dalam proses belajar mengajar. Dalam praktiknya sering
ditemukan guru hanya member komentar negative daripada komentar positif,
padahal komentar positif akan meningkatkan usahanya dalam mengembangkan hasil
belajar dan motivasi siswa. Namun sayangnya guru sangat jarang memuji perilaku
siswa yang positif. Yang sering terjadi adalah guru menegur atau member respon
negative sehingga menurunkan semangat belajar siswa.
Memperhatikan fenomena yang
ada, maka penulis berusaha mengatasi masalah ini melalui makalah ilmiah yang
berjudul “ Pentingnya Penguatan dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa “
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas, maka penulis dapat mengemukakan suatu rumusan masalah yaitu bagaimanakah
peranan keterampilan penguatan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai oleh
penulisan dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui peranan keterampilan
penguatan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakekat Keterampilan Penguatan
1.
Pengertian
keterampilan penguatan
Secara
psikologis setiap orang membutuhkan penghargaan terhadap sesuatu usaha yang
telah dilakukannya. Pujian melalui kata-kata atau memberikan respon positif
terhadap perilaku yang telah ditunjukkan oleh seseorang disebut dengan penguatan.
Dengan demikian yang dimaksud dengan penguatan (reinforcement) pada dasarnya
adalah “suatu respon yang diberikan terhadap perilaku atau perbuatan baik, yang
dapat memacu terulangnya perbuatan baik tersebut. Dalam pengertian yang lain
dikemukakan oleh Wina Sanjaya (2008 ; 25) bahwa :
Keterampilan dasar penguatan (reinforcement)
adalah “Segala bentuk respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku
guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi
atau umpan balik atas perbuatan atau respon siswa”.
Sedangkan menurut
Wasty Soemanto (2006:129) yang dimaksud dengan pemberian penguatan (reinforcement)
adalah suatu respon positif dari guru kepada siswa yang telah melakukan suatu
perbuatan yang baik atau berprestasi. Adapun pengertian penguatan menurut JJ.
Hasibuan (2002 : 58) mengemukakan bahwa memberikan penguatan diartikan dengan
tingkah laku guru dalam merespons secara positif suatu tingkah laku
tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali sedangkan
menurut Sudirman (1992 : 329) mengemukakan bahwa :
Keterampilan memberi penguatan adalah “Alat pendidikan refresif yang menyenangkan untuk
membina tingkah laku yang dikehendaki dengan memberikan pujian, hadiah, tanda
penghargaan, pemberian kesempatan untuk melakukan aktivitas yang disenangi oleh
siswa.
Dalam proses belajar mengajar,
penghargaan atau pujian terhadap perbuatan yang baik dari siswa merupakan hal
sangat diperlukan sehingga siswa terus berusaha berbuat lebih baik. Made
Pidarta (1997 : 203) mengemukakan bahwa keterampilan
memberi penguatan adalah penguatan terhadap individu-individu sehingga
dia konsisten dengan tingkah lakunya yang sudah baik serta meningkatkannya
menjadi lebih baik. Hal yang sama dikemukakan oleh A. Mursal dan H.M. Taher
(1979 : 50) bahwa keterampilan memberi
penguatan adalah “Suatu alat pendidikan yang diberikan kepada murid
sebagai imbalan terhadap prestasi belajar yang dicapai.
Maka dapat diambil suatu
pengertian bahwa keterampilan memberi penguatan merupakan suatu alat pendidikan
yang menyenangkan berupa pujian, hadiah dan tanda penghargaan yang bertujuan
untuk memperkuat tingkah laku anak didik yang sudah baik, sukses dalam belajar
serta berprestasi yang diberikan sebagai imbalan atas prestasinya.
2.
Jenis –jenis keterampilan
penguatan
Adapun jenis-jenis atau bentuk
penguatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penguatan
verbal
Penguatan
verbal merupakan respon yang diberikan oleh guru terhadap perilaku atau respon
belajar siswa yang disampaikan melalui bentuk kata-kata/ lisan atau kalimat
ucapan (verbal). Penguatan melalui ucapan lisan (verbal) secara teknis lebih
mudah dan bisa segera dilaksanakan untuk merespon melalui ucapan terhadap
setiap respon siswa. Misalnya penguatan verbal dalam bentuk kalimat seperti
kata bagus, baik, luar biasa, ya, betul, tepat, atau kata-kata lain yang
sejenis, sedangkn penguatan verbal dalam bentuk kalimat seperti pekerjaanmu
rapi sekali, cara anda menyampaikan argumentasi sudah tepat, berpikir anda
sudah sistematis, makin lama belajar anda nampak lebih disiplin, kelihatannya
anda hadir selalu tepat waktu, atau bentuk-bentuk pujian lain yang sesuai
dengan perilaku yang ditunjukkan oleh siswa.
2. Penguatan
Non-Verbal
Penguatan
non verbal sebaliknya dari penguatan verbal, yaitu respon terhadap perilaku
belajar (respon) siswa yang dilakukan tidak dengan kata-kata atau ucapan lisan
(verbal), melainkan dengan perbuatan atau isyarat-isyarat tertentu yang
menunjukkan adanya pertautan dengan perbuatan belajar siswa. Adapun jenis-jenis
respon (penguatan) yang digolongkan kedalam penguatan non-verbal antara lain
sebagai berikut :
a. Mimik dan gerakan badan
Mimik muka dan gerakan badan
tertentu yang dilakukan oleh guru seperti: mengekspresikan wajah ceria,
senyuman, anggukan kepala, mengacungkan ibu jari, tepukan tangan, dan
gerakan-gerakan badan lainnya sebagai tanda kepuasan guru terhadap respon
siswa.
b. Gerak mendekati
Gerak mendekati dilakukan guru
dengan cara menghampiri siswa, berdiri disamping siswa atau bahkan duduk
bersama-sama dengan siswa. Pada saat guru mendekati, siswa merasa diperhatikan
sehingga siswa akan merasa senang dan aman.
c. Sentuhan
Penguatan dalam bentuk sentuhan
yaitu dilakukan dengan adanya kontak fisik antara guru dengan siswa (gesturing).
Misalnya berjabatan tangan, menepuk, mengelus anggota-anggota badan tertentu
yang dianggap tepat, dan bentuk lain yang sejenis. Dengan sentuhan dimaksudkan
untuk lebih meningkatkan motivasi siswa sehingga akan mendorong terjadinya
proses dan hasil pembelajaran yang lebih efektif.
e. Pemberian simbol atau benda
Simbol adalah tanda-tanda yang
diberikan atau dilakukan guru terkait dengan perilaku belajar siswa. Misalnya
memberi tanda cheklis (V), paraf, komentar tertulis, tanda bintang, dan
simbol-simbol lainnya yang menunjukkan bentuk penghargaan.
f. Penguatan tak penuh
Penguatan tak penuh yaitu respon
atas sebagian perilaku belajar siswa yang belum tuntas. Misalnya apabila
pekerjaan siswa belum semuanya benar, atau baru sebagian yang selesai, maka
guru mengatakan “jawaban anda sudah benar, tinggal alasannya coba dilengkapi
lagi”. Melalui penguatan seperti itu, siswa menyadari bahwa belum sepenuhnya
jawaban yang disampaikannya selesai, dan masih harus berpikir untuk memberikan
alasan yang lebih tepat. Menurut Skinner (J.W Santrock, 2007:274) penguatan berarti memperkuat,
penguatan dibagi menjadi dua bagian yaitu :
Penguatan positif adalah
penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti
dengan stimulus yang mendukung berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll),
perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan,
mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb) sedangkan
penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan
(tidak menyenangkan) terdiri dari menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan
tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening
berkerut, muka kecewa dll).
Satu cara untuk mengingat
perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan
positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif,
ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan
penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa
penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan
hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.
3.
Prinsip-prinsip
keterampilan penguatan
Dalam menggunakan prinsip –
prinsip dalam memberikan penguatan, maka guru harus memperhatikan hal-hal
seperti :
a.
Kehangatan dan
keantusiasan
Dalam memberikan penguatan,
guru hendaknya menampakkan kehangatan dan keantusiasan, menunjukkan sifat yang
baik, menarik dan juga sungguh-sungguh sehingga siswa merasa senang dengan
sikap guru diwaktu memberi penguatan. Dalam pemberian penguatan diharapkan guru
menunjukkan ekspresi wajah yang menarik, sinar mata yang sejuk, suara yang
jelas dan enak didengar. Kehangatan dan keantusiasan guru akan menjadikan
penguatan yang diberikannya lebih efektif.
b. Kebermaknaan
Kebermaknaan dalam artian penguatan diberikan sesuai dengan
respon dan tingkah laku sehingga menimbulkan keyakinan dalam diri siswa
apakah ia pantas diberikan penguatan atau tidak. Pemberian penguatan hendaknya
disesuaikan dengan tingkat pencapaian keberhasilan siswa dan mempunyai arti
bagi siswa yang melakukan perbuatan itu sehingga penguatan dapat diterima siswa
dengan senang hati.
c. Hindari penggunaan penguatan negatif
Walaupun pemberian kritik atau hukuman adalah efektif untuk
dapat mengubah motivasi,penampilan dan tingkah laku siswa, namun pemberian itu
memiliki akibat yang sangat kompleks, dan secara psikologis agak
kontraversial,karena itu sebaiknya dihindari banyak akibat yang muncul yang
tidak dikehendaki misalnya siswa menjadi frustasi,pemberani, hukuman dianggap
sebagai kebanggaan,dan peristiwa akan terulang kembali.
d. Penggunaan bervariasi
Pemberian penguatan seharusnya diberikan secara bervariasi
baik komponennya maupun caranya dan diberikan secara hangat dan antusias.
Penggunaan cara dan jenis komponen yang sama misalnya guru selalu menggunakan
kata-kata “bagus” akan mengurangi pemberiannya bervariasi, mula-mula
keseluruhan anggota kelas, kemudian kelompok kecil, akhirnya keindividu, atau
sebaliknya tidak berurutan.
e. Sasaran penguatan harus jelas
Agar memberi pengaruh yang efektif, semua bentuk penguatan
harus diberikan dengan memperhatikan siapa sasarannya dan bagaimana teknik
pelaksanaannya. Di samping itu juga perlu diingat bahwa penguatan harus
diberikan dengan hangat dan penuh semangat, harus bermakna bagi siswa, dan
jangan menggunakan kata-kata yang tidak pada tempatnya.
4.
Tujuan dan manfaat pemberian penguatan dalam proses belajar mengajar.
Pemberian penguatan dan
penerapannya secara bijaksana dan sistematis berdasarkan cara dan prinsip yang
tepat, akan dapat mencapai beberapa tujuan yang merupakan kemungkinan
kemanfaatan penggunaan penguatan. Dalam kegiatan pembelajaran, penghargaan
mempunyai arti penting untuk meningkatkan tingkah laku dan penampilan siswa
yang baik, diberi penghargaan dalam bentuk senyuman ataupun kata-kata pujian
yang merupakan penguatan terhadap tingkah laku dan penampilan siswa. Adapun
tujuan dari pemberian penguatan alam pembelajaran antara lain adalah :
1. Meningkatkan perhatian siswa; bahwa melalui penguatan
yang diberikan oleh guru terhadap perilaku belajar siswa, siswa akan merasa
akan merasa diperhatikan oleh gurunya. Dengan demikian perhatian siswa pun akan
semakin meningkat seiring dengan perhatian guru melalui respon yang diberikan
kepada siswanya.
2. Membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa; apabila perhatian siswa semakin
baik, maka dengan sendirinya motivasi belajarnya pun akan semakian baik pula.
Upaya memelihara dan membangkitkan motivasi belajar tersebut, yaitu melalui
penguatan.
3. Memudahkan siswa belajar; bahwa tugas guru sebagai
fasilitator pembelajaran bertujuan untuk memudahkan siswa belajar. Untuk
memudahkan belajar harus ditunjang kebiasaan-kebiasaan positif dalam
pembelajaran, yaitu dengan memberikan renpon-respon (penguatan) yang akan
semakin mendorong keberanian siswa untuk mencoba, bereksporasi dan terhindar
dari perasaan takut salah dalam belajar.
4. Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa; rasa
percaya diri merupakan modal dasar dalam belajar. Perasaan khawatir, ragu-ragu,
takut salah dan perasaan-perasaan negative yang akan mempengaruhi terhadap
kualitas proses pembelajaran harus dihindari. Salah satu upaya untuk memperkecil
perasaan-perasaan negative dalam belajar, yaitu melalui pemberian penguatan
atau respon yang diberikan oleh guru terhadap sekecil apapun perbuatan belajar
siswa.
5. Memelihara iklim kelas yang kondusif; suasana kelas
yang menyenagkan, aman, dan dinamis, akan mendorong aktivitas belajar siswa
lebih maksimal. Melalui penguatan yang dilakukan oleh guru, suasana akan lebih
demokratis sehingga siswa akan lebih bebas untuk mengemukakan pendapat,
berbuat, mencoba, dan melakukan perbuatan-perbuatan belajar lainnya. Hal ini
tentu saja sebagai dampak dari adanya respon yang mengirigi terhadap proses dan
hasil belajar yang dilakukan oleh siswa.
B.
Hakikat Motivasi Belajar
1.
Pengertian motivasi
belajar
Motivasi menjadi sesuatu hal yang sangat penting tatkala
kita akan melakukan sesuatu. Motivasi akan menyebabkan
terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan
bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk
kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.
Motivasi berasal dari bahasa Latin, movere yang berarti bergerak atau bahasa Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri
sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor lain, baik faktor eksternal,
maupun faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut motivasi.
Dalam buku Psikologi Pendidikan Drs. M. Dalyono (2005: 55) mengemukakan bahwa motivasi
adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang
bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar. Menurut Dadi
Permadi (2000: 72) motivasi adalah dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu,
baik yang positif maupun yang negatif”. Sedangkan Sudarwan Danim (2004: 2)
mengemukakan bahwa
Motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan,
semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang
dikehendakinya.
Adapun pengertian motivasi belajar yang dikemukakan Winkel (1983: 27) bahwa
motivasi belajar merupakan faktor psikis, yang bersifat nonintelektual yang
berperan dalam hal gairah belajar sedangkan menurut A.M. Sardiman (2005:75) mengemukakan bahwa
Motivasi belajar diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu,
dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak
perasaan tidak suka itu.
Ada pula pengertian motivasi
belajar menurut H. Mulyadi (1991 : 87) yaitu motivasi belajar adalah
membangkitkan dan memberikan arah dorongan yang menyebabkan individu melakukan
perbuatan belajar. Sejalan dengan itu, menurut Tadjab (1994 : 101) motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar itu demi mencapai
tujuan.
Dari uraian yang tersebut di
atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak
baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian
usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan
dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki
oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
2.
Prinsip-prinsip
motivasi belajar
Dari berbagai teori motivasi
yang berkembang, Keller telah menyusun
seperangkat prinsip-prinsip motivasi belajar yang dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran, yang disebut sebagai model ARCS, yaitu:
a.
Attention (Perhatian)
b.
Relevance (Relevansi)
c.
Relevance (Relevansi)
d.
Satisfaction (Kepuasan)
Untuk lebih memperjelas maka prinsip-prinsip
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut ;
a.
Attention (Perhatian)
Perhatian siswa muncul karena didorong rasa ingin tahu.
Oleh sebab itu, rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga siswa
akan memberikan perhatian selama proses pembelajaran. Rasa ingin tahu tersebut
dapat dirangsang melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah
ada, kontradiktif atau kompleks.
b.
Relevance (Relevansi)
Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran
dengan kebutuhan dan kondisi siswa . Motivasi siswa akan terpelihara apabila
mereka menganggap bahwa apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau
bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang.
c.
Confidence (Percaya diri)
Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi untuk dapat
berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Prinsip yang berlaku dalam hal
ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan
untuk berhasil. Harapan ini seringkali dipengaruhi oleh pengalaman sukses di
masa lampau. Motivasi dapat memberikan ketekunan untuk membawa keberhasilan
(prestasi), dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi untuk
mengerjakan tugas berikutnya.
d. Satisfaction (Kepuasan)
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan
kepuasan. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang
diterima, baik yang berasal dari dalam maupun luar individu. Untuk meningkatkan
dan memelihara motivasi siswa, dapat menggunakan pemberian penguatan berupa
pujian, pemberian kesempatan, dan sebagainya.
3.
Macam-macam motivasi
belajar
Berbicara tentang jenis dan macam motivasi dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang. Dalam membahas macam-macam motivasi
belajar, ada dua macam sudut pandang, yakni menurut Syaiful Bahri (2002 : 115)
motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu sedangkan Sobry Sutikno (2007 ; 24) mengemukakan
bahwa motivasi intrinsik sebagai motivasi yang timbul dari dalam diri individu
sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan
sendiri. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan, motivasi intrinsik
adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang tanpa memerlukan
rangsangan dari luar.
Motivasi
belajar yang kedua yaitu motivasi ekstrinsik. Menurut A.M. Sardiman (2005:90)
motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena
adanya perangsang dari luar. Sedangkan Rosjidan, et al (2001:51) menganggap
motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang tujuan-tujuannya terletak diluar
pengetahuan, yakni tidak terkandung didalam perbuatan itu sendiri. Dari
beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi
yang timbul dan berfungsi karena adanya pengaruh dari luar.
C.
Penerapan
Keterampilan Penguatan untuk Memotivasi Belajar Siswa
Kebiasaan yang jarang sekali dilakukan oleh guru di dalam
kelas adalah memberikan penguatan kepada siswa, jarang sekali kita mendengar
guru mengatakan bagus atau mengacungkan jempol kepada siswa yang berhasil
menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Padahal salah satu kompetensi profesional
yang harus dimiliki seorang guru adalah mampu membangkitkan motivasi belajar
siswa dan penguatan merupakan
salah satu cara yang efektif untuk membangkitkan motivasi belajar siswa.
Bagaimana mekanisme tumbuhnya motivasi akibat penguatan ? Maslow pernah mengatakan
bahwa setiap manusia memiliki hirarkis kebutuhan dari mulai kebutuhan fisik,
rasa aman, penghargaan, dicintai dan mencintai, aktualisasi diri, dan kebutuhan
akan pengetahuan. Sebenarnya yang penguatan
guru berikan merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan dihargai,
dicintai bahkan sebagai salah satu bentuk bahwa subjek belajar telah berhasil
membuktikan dirinya (aktualisasi diri), tentu saja ketika kebutuhan subjek
belajar terpenuhi ini maka ia akan merasakan kepuasan yang akan mendorongnya
untuk kembali melakukan hal yang sama.
Pengalaman di dalam kelas ketika salah seorang siswa yang
nakal diberikan penguatan
karena siswa tersebut secara kebetulan bisa menjawab pertanyaan yang
dilontarkan, menunjukkan perilaku kebiasaan berbuat onar ketika jam pelajaran
menjadi berkurang bahkan siswa tersebut berbalik menjadi siswa yang aktif berpartisipasi
ketika pertanyaan di lontarkan kepada seluruh siswa di kelas.
Dari contoh di atas, selain untuk membangkitkan motivasi, penguatan juga berguna untuk
mempertahankan perilaku yang diinginkan dari subjek belajar. Dalam sejarah
teori belajar sendiri, penguatan
dipakai hampir di setiap aliran teori belajar, teori belajar behavioristik yang
menekankan kepada stimulus dan respon, menggunakan penguatan sebagai bentuk stimulus lanjutan untuk mempertahankan
respon yang tepat, teori belajar psikologi humanistik juga menekankan
pentingnya motivasi agar siswa bisa mengeluarkan potensi dalam dirinya.
Namun perlu diingat bahwa penguatan yang kita berikan haruslah
diberikan dalam situasi dan waktu yang tepat agar bisa efektif, terdapat
beberapa situasi yang cocok dalam memberikan yaitu:
·
Pada saat peserta
didik menjawab pertanyaan, atau merespon stimulus guru atau peserta didik yang
lain,
·
Pada saat siswa
menyelesaikan PR dan mengerjakan tugas-tugas latihan,
·
Pada saat membahas dan
membagikan hasil-hasil latihan dan ulangan,
·
Pada saat situasi
tertentu tatkala peserta didik mengikuti kegiatan secara sungguh-sungguh.
Secara umum kita bisa mengatakan bahwa penguatan yang tepat diberikan dalam
situasi ketika individu tengah melakukan aktivitas belajar demi meningkatkan
motivasi belajarnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas
maka penulis meyimpulkan bahwa, penguatan yang diberikan oleh seorang guru
sangat berperan penting dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Unsur
terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah
pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulu-respon akan semakin kuat bila
diberi penguatan.
Penguatan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar diantaranya yaitu penguatan
dapat dianggap sebagai stimulus positif, jika penguatan tersebut seiring dengan
meningkatnya perilaku anak yang melakukan pengulanggan perilakunya itu. Selain
itu pengutan juga berperan penting untuk membangkitkan
dan memelihara motivasi belajar siswa.
Apabila perhatian siswa semakin baik, maka dengan sendirinya motivasi
belajarnya pun akan semakian baik pula. Upaya memelihara dan membangkitkan
motivasi belajar tersebut, yaitu melalui penguatan.
Melalui penguatan, siswa akan merasakan
bahwa hasil perbuatannya dihargai, mendapatkan tempat dan oleh karenanya akan
menjadi pemacu motivasi untuk berusaha meningkatkan prestasi atau berbuat yang
lebih baik dalam melaksanakan tugasnya.
B.
Saran
Melihat kondisi siswa sekarang
ini yang memiliki motivasi belajar yang cenderung rendah, maka penulis
menyarakan kepada pihak yang terlibat dalam proses belajar mengajar terutama
seorang guru harus memiliki pengetahuan yang banyak tentang keterampilan memberikan penguatan baik itu penguatan verbal
maupun non verbal. Hal ini bermanfaat untuk
diterapkan kepada siswa guna meningkatkan motivasi
belajar siswa itu sendiri agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah W, Sri. 2007. Strategi
Pembelajaran di SD. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.
Asril, Zainal. 2010. Micro
Teaching. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Dalyono, M.
2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Danim, Sudarwan.
2004. Motivasi
Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok.
Jakarta : Rineka
Cipta.
Hasibuan,
JJ. 2008. Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyadi.
1991. Psikologi Pendidikan, Biro Ilmiah.
Malang : FT. IAIN Sunan
Ampel.
Mursal,A
dan Taher, H.M. 1979. Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan.
Bandung : PT. Al-Ma’arif.
Permadi, Dadi. 2000. Manajemen
Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan
Mandiri Kepala Sekolah. Bandung, PT Sarana Panca Karsa.
Pidarta,
Made. 1997. Landasan Pendidikan.
Jakarta : Rineka Cipta.
Sanjaya,
Wina 2008. Pembelajaran Dalam
Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jakarta : Kencana.
Santrock, John W. 2007.
Psikologi
Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Grup.
Sardiman,A.
2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rajawali Pers.
Soemanto,
Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudirman. 1992. Ilmu Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Tadjab, MA. 1994. Ilmu
Pendidikan. Surabaya : Karya Abditama.
Usman,
Moh Uzer. 2005. Menjadi Guru Profesional.
Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya.
Winkel,
W. S. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi
Belajar. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
No comments:
Post a Comment