HANTU MIMPIKU
Waktu bergulir seakan secepat kilat,
sebulan sudah rasa itu meninggalkanku bersama jiwa yang selalu kunanti. Tepat
sebulan lalu ku akhiri hubungan yang sudah setahun lebih kujalani. Entah
mengapa kata itu terucap dari diriku, aku pun merasa tak sadar. Sudahlah
semuanya sudah berlalu kini ku akan menatap ke depan.
Tiga semester telah berlalu, begitu
banyak peristiwa yang terukir kurang lebih setahun terakhir. Tak mudah untuk
melupakannya apalagi kami bearada dalam atap kampus yang sama. Bahkan hampir
setiap hari aku melihatnya lalu lalang di depan.ku. Meyapa pun tak pernah.
Seakan akan tak terjadi apa-apa diantara kami berdua. Sebut saja nama.nya
Randi. Dia yang pernah mengisi hari-hari.ku setahun terakhir tapi kandas
ditengah jalan (mobil kaliiii hahaha). Ahhh biarlah masa lalu telah lewat kini
kumulai ceita baru.
Pagi itu, aku datang pagi-pagi ke
kampus, perasaanku terlalu sumpek tinggal di rumah. Kampus masih terlihat sepi,
motor di parikran pun juga belum penuh maklum baru jam 7 pagi, baru kali ini
aku ke kampus sepagi ini. Pagiii Dita, tumben datang cepat, sapa rita yang tak
lain adalah teman sekelas.ku. Dia memang selalu datang pagi-pagi. Nggak papa
kok, Cuma pengen ajah, yaudah aku ke taman dulu yah,maw nyari udara segar,
kata.ku kepada Rita. Dia pun mengangguk dan aku berlalu.
Kurasakan sinar mentari pagi membakar
tubuh.ku seakan panas.nya meresap sampai ke pori-pori. Tak sengaja di taman itu
aku bertemu dengan seorang gadis. Mukanya begitu asing bagi.ku. Setelah
berkenalan ternyata memang dia adalah mahasiswa baru di kampus ini. Maklum aku
memang orangnya tertutup jadi tak mengenal banyak orang. Namanya adalah Wina
sejak duduk dari tadi lu perhatikan dia hanya mengutak atik laptopnya sembari
earphone menempel di telinganya. Kulihat wajahnya tak terlalu bersahabat aku
pun pergi dari tempat itu.
Di persimpangan jalan menuju kelas, tak
sengaja aku menabrak seseorang, ohh tidakkk dia adalah Randi. Oh noooooo,
jangan sampai rasa itu datang lagi. Semenjak putus sebulan lalu inilah pertama
kalinya aku bertatap langsung dengan dia kembali. Mau tak mau aku harus
menyapa.nya. hanya satu kata yang bisa keluar dari bibir.ku ‘Maaf’. Dia hanya
tersenyum dan berlalu. Secuek itu kah orang pernah menyayangi.ku, orang yang
pernah mencintaiku katanya. Mengapa berubah seratus delapan puluh derajat saat
ini. Seakan-akan terkena sihir sehingga melihatku pun enggan.
Pandanganku tak pernah lepas dari
langkahnya. Kulihat dia melangkahkan kaki ke taman tempatku berada tadi.
“Perasaan yang ada di taman tadi kan cuma Wina, terus Randi juga ke taman itu”,
gumamku dalam hati, ahh sudahlah ku tepiskan pikiran itu dan kubiarkan berlalu.
Kulangkahkan kaki menuju kelas karena hari ini aku masuk pagi untuk mata Kuliah
Sastra.
Sampai sore semua mata kuliah pun telah
kuselesaikan untuk hari ini aku pun langsung pulang. Jujur saja karena aku tak
ingin dianggap munafik, semenjak aku tak lagi dengannya kurasakan ada perubahan
dalam diriku, seakan-akan semangatku menghilang. Tapi rasa itu kulawan dengan
menunjukkan keceriaan di depan teman-temanku. Meri, lusi, dan yani adalah teman
yang kurasa membuat ku bangkit dari keterpurukan.
#######################################
Seminggu berlalu, ketiga
sahabat-sahabatku ngumpul-ngumpul di resto tempat favorit kami. “Lin,udah
dengar belum kabar dari Randi,” tanya meri sambil menelan mie gorengnya.
Randi??? Apa hubungannya dengan aku??? Kataku sedikit sewot. “Jadi bener nihhh
nggak maw tahu kabarnya”, sambung Lusi. Ya udah apa??? Jawab.ku. Yan tunjukin
tuu ke Lina faktanya kata meri kepada Yani. Nih, tapi kamu jangan shock yah.
Yani menunjjukan foto-foto Randi dengan seorang gadis, yang tak lain adalah
gadis yang pernah bertemu dengan ku di taman pagi itu, yah dia adalah Wina.
Gadis polos namun terlihat sedikit arogan menurut.ku. jujur saja meski tak ada
hubungan lagi namun hatiku seakan pecah melihat foto mereka. Dapat darimana
foto ini??? Tanya.ku. dapat dari kameranya si Doni dia kan teman aku sama
temannya Randi juga jadi ngga sengaja aku liat kemarin jadinya aku ambil
dehhh.hmmm maaf yah klu aku bahas Randi lagi, kata meri. Nggak papa, kita
pulang aja yah,perasaanku nggak enak. Jawabku simple kepada teman-teman.
Semakin hari kelakuan Randi dan Wina
semakin menjadi-jadi menurutku seakan-akan dia ingin mempertontonkan
kedekatannya di depan.ku. Sungguh tak pandai menjaga perasaan. “sabar Lin”,
gumam.ku dalam hati. Tapi setahu ku dari teman-teman dekat mereka,Randi dan
Wina hanya berteman (emang gue pikirin *sok munafik lagi). Dari kejauhan
kulihat Randi sedang duduk di kantin. Aku pun berusaha menghampiri. Itung-itung
menjalin silaturahmi lah. Brrr hati terasa berat, otak terasa beku, bibir
terasa bergetar ketika satu langkah di samping, maw nyapa malu (Gengsi namanya
itu). Kuberanikan diri. Hmmm sendiri aja, yang lain mana??? Tanya ku sambil duduk
di depannya membawa segelas jus jeruk. Lagi pada sibuk ngurusin tugas, jawabnya
dingin. Hari ini miri dengarnya. Owhhh gitu yah. Kok kaku gini sihhh ngga tau
maw bicara apa lagi, kataku dalam hati. Hmmm ya udah aku masuk kelas dlu yah,
dosennya udah maw masuk juga. Randi hanya mengangguk. Ya Tuhannnnnn aku
dicuekin lagi L
Rembulan menyapa malam, ditemani
lantunan suara jangkrik, ku terpaku disudut dinding kamar. Ngantuk menyerang
setelah habis magrib mengerjakan tugas makalah yang numpuk di meja belajar. Jam
dinding telah menunjukkan pukul 23.00. saatnya untuk tidur. Entah mengapa
sebuah bayangan mendatangi tidur.ku. Kulihat seseorang tergelak ditengah jalan
dengan berlumuran darah, aku tak tahu apakah masih bernafas atau tidak. Namun
insting dalam mimpiku mengatakan bahwa orang itu adalah Randi. Pukul 02.00 aku
terbangun kaget. Langsung kunyalakan lampu dan menuju ruang dapur untuk mencari
air putih. Sungguh mimpi yang sangat menakutkan bagi.ku. kenapa kejadian
seperti itu bisa datang dalam mimpi.ku dan yang mengerikan adalah orangnya
sendiri Randi.
Keesokan harinya di kampus kuceritakan
mimpi itu kepada sahabat-sahabat.ku mereka pun ikut kaget. “Tenang aja Lin Cuma
mimpi kok,anggap aja bungan tidur”, Kata Yani sambil menenangkan ku. Iya Lin
lagian aku liat Randi barusan baik-baik aja tuhhh di kantin malahan sama si
Wina, tambah Meri. Aku hanya terdiam. Jujur dalam hati aku masih sangat
menyayangi.nya dan perasaan ku tak pernah berubah sedikit pun tapi dia.nya saja
yang mungkin tak pernah peka dengan keadaan.ku saat ini.
Malam berikut.nya mimpiku datang lagi.
Sesosok bayangan berjubah putih melambaikan tangan.nya pada.ku seakan-akan
sosok itu akan pergi untuk selamanya. Kini wajah dalam mimpi itu adalah Randi.
Aku pun heran kenapa akhir-akhir ini aku memimpikannya. Dalam mimpi itu Randi
seakan-akan seperti hantu. Hantu yang membuat.ku takut. Takut akan Kehilangan.
Sekitar pukul 05.00 hape ku berdering.
Kudengar suara di seberang sana terdengar panik. “halo, Lin Randi kecelakaan
tengah malam tadi waktu pulang dari acara kampus semalam. Apa???? Jawab.ku.
terasa perasaan ku panas dingin, serasa tulang-tulang ku remuk. Tangan terasa
gemetar. Randiiiiiiii...... :(. Jangan sampai mimpi ku jadi kenyataan.
Siang harinya aku, Meri, Lusi dan Yani
menjenguk Randi di rumah sakit. Kulihat wina sudah berada di dekat Randi sejak
tadi. Aku cemburuuuuu, tapi kutepiskan rasa itu, seakan-akan tak terjadi
apa-apa. Aku dan Randi saat ini hanyalah sebatas teman, tak lebih daripada itu.
“Ya sudah sepat sembuh yah Randi, aku pulang dulu”, kata.ku pada Randi. Kok
pulangnya cepat, tanya Randi. Gpp ada urusan sedikit,jawabku. Padahal aku hanya
tak suka lama-lama disini, mengapa si Wina itu juga ada disini.
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
Seminggu berlalu Randi, rupanya sudah
keluar dari Rumah sakit. Kuliat Wina membantunya turun dari mobil sambil
membawakan tas.nya. Semua serba Wina,ahhhhh bikin sakit hati saja si maba itu.
Atau jangan-jangan mereka sudah jadian. Biarlah ku pendam rasa ini, rasa yang
selalu ada dalam nurani.ku, hingga suatu saat Randi akan sadar betapa aku
sangat menyayanginya meski dia tak pernah peduli dengan rasa.ku. semua sudah
berlalu, jika waktu mengizinkan maka aku dan dia akan bertemu kembali. Ku nanti
saat itu, sampai kapan pun hingga dia tak layak lagi untuk kumiliki.
21 Januari 2014, 20:05:55
No comments:
Post a Comment