Wednesday, October 25, 2017

MAKALAH PENDIDIK DAN ANAK DIDIK


MAKALAH PENDIDIK DAN ANAK DIDIK
dari buku Uyo Sadulloh dengan pengubahan
A.    Pendidik
Pendidik pertama adalah orang tua. Orangtualah yang utama berkewajiban mendidik anaknya karena kewajaran tanggung jawab dari kehidupan itu sendiri. Pendidik kedua adalah karena jabatan mendapat tugas sementara dari orang tua untuk mendidik anak-anak mereka misalnya guru, pembimbing kelompok bermain, pengasuh di rumah yatim piatu dan lain-lain.
1.      Pengertian Pendidik
Pendidik adalah orang dewasa yang membimbing anak agar anak bisa menuju kearah kedewasaan. Pendidik yang bertanggung jawab terhadap pendidikan di lingkungan keluarga adalah orang tua, di lingkungan sekolah adalah guru, di lingkungan masyarakat adalah orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pendidikan, seperti pegasuh anak yatim piatu dan pembimbing kelompok bermain. Dari pengertian tersebut ada dua manusia yang terlibat yaitu orang dewasa yang menjadi pendidik dan anak yang menjadi anak didiknya. Jadi pendidik adalah orang dewasa yang secara kodrati atau karena tuagsnya bertugas untuk membimbing anak menjadi dewasa. Pendidik merupakan kunci utama terhadap kesuksesan pendidikan.
3
Pendidik haruslah orang dewasa karena tidak mungkin pendidik membawa anak sebagai manusia yang belum dewasa dibawa kepada kedewasaanya oleh manusia yang belum dewasa. Membawa anak kepada kedewasaannya bukan hanya sekedar dengan nasihat, anjuran, perintah, dan larangan saja melainkan gambaran kedewasaan yang senantiasa dibayangkan oleh anak dalam diri pendidiknya. Jadi menjadi dewasa dan kedewasaan akan menyangkut persoalan moral dan persoalan susila serta kesusilaan. Orang dewasa merupakan manusia yang sudah mandiri, tidak tergantung pada pendapat orang lain tentang harga dan martabat dirinya dan kesanggupannya. Berikut adalah gejala yang membedakan keanakan dan kedewasaan (Purwanto, 2004) :
No
Keanakan
Kedewasaan
1
Mencari bentuk
Menampakkan diri sebagai bentuk
2
Tak mempunyai ketetapan
Beranggapan memiliki ketetapan
3
Tak ada kemerdekaan
Merdeka
4
Mudah berubah
Tetap, stabil
5
Lemah
Kuat
6
Memerlukan bantuan
Membantu
7
Sangat mudah terpengaruh
Tidak tergantung kepada orang lain
2.      Jenis-Jenis Pendidik
            Pendidik sebagai orang yang bertanggung jawab membimbing anak mencapai kedewasaan dibedakan kepada dua jenis, yaitu pertama pendidik karena keharusan atas kewajaran kehidupan misalnya guru, sedangkan yang kedua adalah pendidik karena diserahi tugas untuk mendidik anak yaitu orang tua.
a.      Orang tua
Pendidik pertama muncul karena adanya anak. Setelah anak lahir, maka orang tua secara wajar alamiah dan kodrati menjadi pendidik, karena kenyataanya anak lahir dalam keadaan tidak berdaya sehingga mereka memerlukan bantuan orang lain yang sudah dewasa. Peran pendidik utama ini sangat besar, karena mereka bukan saja sekedar mendidik anak agar ia menjadi besar dan pandai segala macam, namun terutama ia membantu perkembangan anak dalam segi kemanusiaannya, menjadikan anak didik menjadi manusia yang mampu hidup bersama dengan orang lain, manusia bermoral dan berhati nurani sesuai sabda Rasulullah : Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang akan menjadikan anak tersebut sebagai penganut Yahudi, Nasrani atau penganut Majusi.
Husain Mazhahiri (2002, xv) mengemukakan bahwa pengaruh orang tua sangat besar terhadap masa depan anak, seperti beliau katakan :
Kita dapat memastikan bahwa komitmen orang tua terhadap norma-norma Islam dan hukum-hukumnya  pada kehidupan mereka, menyediakan lahan yang sesuai bagi kemaslahatan dan kebahagiaan anak, agar ia dapat tumbuh dengan akhlak yang mulia dan diridhai. Perkara itu dapat menjadi sebaliknya, seandainya orang tua mengabaikan komitmen mereka terhadap hukum-hukum islam dan ajarannya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh langsung dari orang tua terhadap masa depan anak pada berbagai jenjang kehidupannya, baik pada periode kanak-kanak, remaja, dan dewasa. Karena itu Islam mengangggap tugas pendidikan anak sebagai suatu kewajiban bagi orang tua yang harus didahulukannya.
b.      Guru
Pendidik kedua adalah mereka yang diberi tugas menjadi pendidik karena profesinya, misalnya guru. Dalam UU No.14 Tahun 2005, guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Untuk mengajar, guru dibekali dengan berbagai ilmu kependidikan dan keguruan sebagai dasar disertai seperangkat latihan keterampilan keguruan.
Guru berfungsi sebagai pendidik di samping sebagai pengajar. Guru membentuk sikap siswa bahwa guru menjadi contoh teladan bagi siswa-siswanya. Hal itu tidak mungkin jika guru hanya bertugas mengajar saja. Berikut beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang guru :
1)      Guru harus memiliki kedewasaan.
2)      Guru harus mampu menjadikan dirinya sebagai teladan.
3)      Guru harus mampu menghayati kehidupan anak, serta bersedia membantunya.
4)      Guru harus mengikuti keadaan kejiwaan dan perkembangan anak didik.
5)      Guru harus mengenal masing-masing anak sebagai pribadi.
6)      Guru harus menjadi seorang pribadi.
3.      Ciri- ciri Pendidik
a.      Memiliki kewibawaan
Ciri utama seorang pendidik adalah adanya kewibawaan yang terpancar dari dirinya terhadap anak didik yang dapat menimbulkan pada pihak lain sikap untuk mengakui, menerima, dan menuruti dengan penuh pengertian atas pengaruh tersebut.
b.      Mengenal anak didik
Mengenal anak didik meliputi sifat anak secara umum meliputi usia anak baik kelas tinggi maupun kelas rendah. Tidak ada satu anak pun yang memiliki sifat yang sama, sehingga pendidik harus mengenal anak didik secara khusus agar pendidikannya dapat sesuai dengan setiap anak secara perorangan.
c.       Membantu anak didik
Pendidik harus membantu anak didiknya sesuai dengan yang diharapkan anak didik. Setiap anak didik ingin menjadi dirinya sendiri, ingin berdiri sendiri, mau bertanggung jawab sendiri dan ingin menentukan sendiri, sehingga pendidik tidak boleh memaksakan kehendak pada anak didiknya.
4.         Syarat-syarat Pendidik
Edi Suardi (1984) mengungkapkan bahwa seorang pendidik harus memenuhi beberapa persyaratan, yakni :
1)      Seorang pendidik harus mengetahui tujuan pendidikan. Pendidik harus mengetahui tentang apa yang disebut manusia dewasa sesuai dengan tempat dan waktu serta mengenal tujuan pendidikan nasional atau cita-cita nasional tentang manusia Indonesia.
2)      Seorang pendidik harus mengenal anak didiknya.
3)      Seorang pendidik harus tahu prinsip dan penggunaan alat pendidikan yang cocok bagi anak didik pada situasi tertentu.
4)      Untuk dapat melakukan tugasnya yang menghendaki pengetahuan dan kesabaran itu harus mempunyai sikap bersedia membantu anak didik.
5)      Untuk dapat membuat suatu pergaulan pendidikan yang serasi dan mudah berbicara pada anak didik, maka ia harus dapat beridentifikasi dengan anak didiknya. Ia harus tetap dewasa tetapi menyesuaikan segala cara mendidiknya dengan dunia anak.
B.     Anak Didik
Dalam kegiatan pendidikan, sasaran yang kita harapkan akan menjadi orang dewasa adalah anak didik, mereka menjadi tumpuan harapan agar menjadi manusia yang utuh, bersusila dan bermoral, bertanggung jawab bagi kehidupan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat. Anak didik menunjukkan seorang manusia yang belum dewasa yang akan dibimbing oleh pendidiknya untuk menuju kepada kedewasaannya. Dalam pedagogik, istilah yang digunakan adalah anak didik, sedangkan peserta didik subjeknya beragam tidak terbatas kepada anak yang belum dewasa saja.
1.      Pengertian anak didik
Anak didik merupakan seorang yang berkembang, memiliki potensi tertentu, dan dengan bantuan pendidik ia mengembangkan potensinya secara optimal. Untuk mengetahui siapa anak didik, perlu dipahami bahwa ia sebagai manusia yang sedang berkembang menuju kearah kedewasaan memiliki beberapa karakteristik. Tirtarahadja (2000) mengemukakan 4 karakteristik yang dimaksudkan yaitu :
1)      Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan makhluk yang unik. Anak sejak lahir telah memiliki potensi-potensi yang ingin dikembangkan dan diaktualisasikan sehingga membutuhkan bantuan dan bimbingan dari pendidik.
2)      Individu yang sedang berkembang. Sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan, manusia berada dalam fase perkembangan yang memiliki sifat khusus. Perbedaan perkembangan tersebut harus dipahami oleh pendidik pada tiap fasenya.
3)      Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi. Sepanjang anak belum dewasa, ia membutuhkan bantuan dan menggantungkan diri kepada orang dewasa. Pertama, keadaan tidak berdaya anak membutuhkan bantuan. Kedua, kemampuan untuk mengembangkan dirinya, namun ia tetap memerlukan bantuan orang lain, sehingga orang dewasa berkewajiban untuk membimbingnya dan harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
4)      Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Anak didik dalam perkembangannya memiliki kemampuan untuk berkembang ke arah kedewasaan. Pada diri anak, ada kecenderungan untuk memerdekakan diri, sehingga menimbulkan kewajiban bagi pendidik untuk secara bertahap memberi kebebasan dan pada akhirnya pendidik mengundurkan diri dari usaha memberi bantuan kepada anak apabila anak telah benar-benar mandiri.
2.      Ciri anak didik
Edi suardi (1984) mengemukakan 3 ciri anak didik yaitu :
a.      Kelemahan dan ketidakberdayaan
Anak ketika dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya. Kelemahan yang dimiliki anak adalah kelemahan rohaniah dan jasmaniah, misalnya dia tidak kuat oleh gangguan cuaca, keadaan tubuh yang basah, panas atau dingin. Kelemahan dan ketidakberdayaan anak makin lama makin hilang karena berkat bantuan dan bimbingan pendidik atau yang disebut dengan pendidikan. Pendidikan akan berhenti manakala kelemahan dan ketidakberdayaan sudah berubah menjadi kekuatan dan keberdayaan yaitu suatu keadaan yang dimiliki oleh orang dewasa.
b.      Anak didik adalah makhluk yang ingin berkembang
Bayi yang normal atau sehat tidak pernah diam, ia selalu ingin bergerak karena vitalitas yang mereka miliki sehingga bayi selalu ingin berkembang. Keinginan berkembang yang menggantikan ketidakmampuan pada saat anak manusia lahir  merupakan suatu karunia yang besar untuk membawa mereka ke tingkat kehidupan jasmaniah dan rohaniah yang tinggi, lebih tinggi dari makhluk lain. Keinginan berkembang mendorong anak untuk giat, itulah yang menyebabkan adanya kemungkinan pergaulan yang disebut pendidikan. Anak yang tidak memiliki hasrat untuk berkembang biasa disebut sebagai anak yang terbelakang. Pada anak didik usia lanjut pun banyak kita jumpai dorongan untuk bergerak dalam hal perkembangan. Misalnya anak-anak suka membaca petualangan, banyak berkelakar dengan teman-teman mereka, sering berkumpul dalam suatu kumpulan anak-anak muda. Kesemuanya itu adalah contoh bahwa mereka berada dalam suatu tahap berkembang.
c.       Anak didik yang ingin menajdi diri sendiri
Untuk dapat bergaul dalam masyarakat, seseorang harus merupakan seorang diri sendiri karena tanpa itu, manusia akan menjadi penurut, manusia massa yang tak punya pribadi. Pendidikan yang tidak memperhatikan anak yang ingin menjadi diri sendiri adalah pendidikan yang bersifat otoriter bahkan memaksa, berarti mematikan pribadi anak yang sedang tumbuh. Inilah yang harus dihindari.
3.         Perkembangan anak didik
a.      Bayi (0-2 tahun)
Masa bayi, anak lahir dalam keadaan tidak berdaya di satu pihak, akan tetapi di pihak lain menunjukkan keinginan berkembang yang tak mau berhenti dan dengan semangat yang mengagumkan. Bayi sepenuhnya mempercayai orang tuanya. Pada tahap ini, tindakan pendidikan berupa pembiasaan yang berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan serta pemeliharaan fisik. Pada masa ini, anak didik beradaptasi terhadap lingkungan alam fisik maupun lingkungan hidup manusia. Pada masa bayi, hubungan pendidik dan anak didik tidak menjadi masalah karena pendidik lebih banyak mengikuti gerak bayi itu sendiri, karena pendidikan dalam arti pergaulan mendidik itu terbatas.
b.      Kanak-kanak (3-7 tahun)
Masa kanak-kanak dapat diklasifikasikan dalam 2 fase yaitu, pertama usia 3-4 tahun merupakan masa otonomi, rasa malu, dan ragu. Pada tahap ini, anak dapat berdiri sendiri secara fisik dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa dibantu oleh orang lain. Namun dipihak lain, ia juga sudah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
Kedua, usia 4-7 tahun adalah masa eksplorasi. Masa ini penuh dengan kegairahan untuk melihat dan mengetahui sebanyak-banyaknya ditandai hasrat ingin tahu yang luar biasa serta aktif. Perhatian mereka terhadap suatu objek selalu berubah-ubah. Pada masa ini, anak sudah berkomunikasi dalam bentuk pergaulan bermain. Anak tidak akan menyusahkan pendidiknya jika keperluan jasmani dipenuhi dan kesempatan bermain tidak dihalangi. Masa ini mneghendaki sutau penanganan yang khas dengan sengaja memperlonggar komunikasi dan lebih banyak Tut Wuri Handayani.
c.       Anak-anak (7-12 tahun)
Pada masa anak-anak ini, mereka menginjak masa yang lebih luas. Masa ini adalah masa perkembangan dunia kecerdasan yang luas. Tanda utamanya adalah pengenalan dan penyelidikan yang lebih luas. Pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya, dorongan untuk mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar. Masa anak-anak ini ditandai dengan kehidupan intelektualisme dalam arti pengenalan dunia yang lebih luas dan sedikit abstrak serta dunia khayal. Masa anak-anak adalah masa pencarian pengetahuan sebanyak mungkin. Informasi yang cocok dan hal-hal yang menyangkut uraian tentang dunia nyata akan memukau pada tahap ini. Masa ini adalah masa realistis dan karena itu komunikasi peserta didik dengan pendidik pada masa ini lebih bersifat stabil.
d.      Puber (12-14 tahun)
Pada wanita masa puber ini ditandai dengan haid pertama yang disertai dengan perasaan tidak enak bagi yang mengalaminya. Perkembangan fisik bagi wanita, pinggulnya membesar, buah dada berkembang, tumbuh rambut sekitar tangan dan kaki serta di daerah alat kelamin, perubahan suara menjadi merdu dan sebagainya. Pada laki-laki, ditandai dengan mimpi basah, otot-otot tumbuh, dada, lengan, dan paha tumbuh kuat, perubahan suara, muncul jerawat. Secara psikologis diantara laki-laki dan perempuan mulai tertarik kepada lawan jenis.
Masa remaja sebagai persiapan kearah kedewasaan didukung oleh kemampuan dan kecakapan yang dimilikinya ia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri khas dari dirinya bahkan muncul kenakalan remaja. Fase ini adalah masa penyesuaian jangka panjang kepada kehidupan kedewasaan yang menuntut tanggung jawab paripurna yang meletakkan banyak prasyarat. Masa remaja adalah masa untuk menyesuaikan diri anak didik menjadi lebih matang dari segi sosialnya, kematangan rohani, serta tanggung jawab. Mereka sudah dapat membandingkan dan menilai, karena itu pendidik yang ideal bagi mereka adalah pendidik yang menghargai kedirisendirian anak didik tetapi bertindak tegas.
4.      Anak didik sebagai individu
Individu adalah orang seorang diri, perseorangan sebagia kesatuan yang tidak dapat dibagi. Individu adalah orang yang tidak bergantung pada orang lain. Ia mempunyai kedaulatan sendiri tetapi didalam ikatan dengan orang atau individu lain karena keterbatasan yang dimiliki individu tersebut. Individu-individu satu sama lainnya bergaul dalam kehidupan bersama, tetapi tidak meluluhkan diri kepada orang lain. Keinginan untuk menjadi diri sendiri itu ada pada setiap manusia. Maka setiap anak yang berada dalam ikatan pendidikan dengan pedidikannya adalah mereka yang pada dasarnya ingin menjadi diri sendiri dan bebas serta mempertahankan dirinya dari keadaan sekelilingnya. Jika prinsip pendidikan ini tidak diakui maka tidak akan terjadi pendidikan dan tidak akan menghasilkan manusia yang diharapkan.
C.    Interaksi Pedagogis antara Pendidik dengan Anak Didik
Interaksi pedagogis merupakan sutau pergaulan antara anak dengan orang dewasa untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu manusia mandiri, manusia dewasa.
1.         Pendidikan berarti berkomunikasi
Pendidik dan anak didik akan berkomunikasi, dalam arti komunikasi dua arah.  Berkomunikasi berarti berhubungan timbal balik, seolah bercakap-cakap antara kedua belah pihak. Dalam berkomunikasi, anak harus diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya sendiri dan mencoba kemampuannya sendiri. Dalam komunikasi timbal balik anak diajari tanggung jawab dan kemampuan berdiri sendiri. Pada situasi komunikatif anak akan berkembang dengan baik menjadi dewasa dan dapat berdiri sendiri. Dalam berkomunikasi antara pendidik dengan anak didik ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
a.      Menyediakan situasi yang baik
Menyediakan suasana yang baik merupakan suatu upaya yang harus dilakukan pendidik agar anak didik dapat berkembang secara optimal dalam situasi yang baik. Menyediakan situasi yang baik bukan saja mengenai dunia mati, lingkungan alam dan kebendaan, namun menyediakan lingkungan yang baik berarti pula memberikan suasana pergaulan yang baik. Anak dapat mengambil contoh dari lingkungan hidup atau lingkungan keluarga dan contoh lingkungan yang baik memberikan suatu kemungkinan bahwa anak akan berkembang dengan baik.
b.      Mengikuti irama anak
Setiap anak berkembang dalam suatu cara yang berbeda, dalam cara tersendiri, ada anak yang mengalami tempo perkembangan cepat, ada pula yang lambat. Tiap anak dikaruniai dengan berbagai kemungkinan untuk berkembang yang tidak sama. Membantu anak untuk berkembang adalah kewajiban pendidikan. Pendidik membantu anak agar dapat mengembangkan bekal kemungkinan itu dengan membantunya memberikan suasana untuk berkembang yang paling baik.
2.      Syarat interaksi pedagogis
a.   Rasa tenang pada anak didik
Suatu interaksi pedagogis hanya dapat terjadi jika anak didik memiliki perasaan bahwa ia dapat berkembang dengan tenang. Ketenangan sebagai akibat adanya suatu perasaan pada diri anak bahwa dirinya aman yang dilandasi rasa kepercayaan terhadap pendidik.
b.      Hadirnya kewibawaan
Anak didik secara relativ merasa dirinya tidak berdaya. Relativ artinya tidak berdaya dibandingkan dengan pendidiknya. Selama jarak antara anak didik dengan pendidik ada, maka anak didik dikatakan secara relativ tidak berdaya. Jika anak merasa tidak berdaya dan pendidik memberikan yang ia perlukan untuk perkembangannya maka telah terjadi pengaruh antara pendidik dan anak didik atau dengan kata lain kewibawaan pendidik telah hadir.
c.       Kesediaan pendidik membantu anak didik
Interaksi pedagogis akan terjadi apabila dari pihak pendidik ada kesediaan atau kerelaan untuk membantu anak didik sehingga timbul rasa aman dalam diri anak. Pada pendidik wajar misalnya orang tua, kesediaan untuk membantu itu berubah bentuk menjadi rasa kasih sayang kepada anak didik. Jadi kerelaan membantu itu merupakan syarat mutlak untuk terciptanya situasi interaksi pedagogis.
d.      Perhatikan minat anak
Dalam interaksi pedagogis pendidik harus memperhatikan minat anak didik, karena dalam diri anak didik akan muncul perasaan bahwa interaksi dengan pendidik yang sedang dijalani akan berguna bagi dirinya. Untuk menarik minat anak, pendidik akan berusaha dengan berbagai cara, diantaranya dengan melibatkan mereka pada suatu kegiatan secara langsung sehingga mereka akan aktif dalam melaksanakan kegiatannya.
3.      Interaksi pedagogis dalam pembelajaran di sekolah
a.      Karakteristik interaksi pedagogis di sekolah
1)      Interaksi atas dasar tugas dan peran masing-masing.
Dalam situasi belajar-mengajar ditandai dengan hubungan peran dan tugas, dimana hubungan guru-murid untuk pertama kali tidak didasarkan atas kecintaan atau kasih sayang seperti hubungan orang tua dan anak. Di sekolah hubungan pribadi itu timbul karena tugas atau peran masing-masing. Tugas dan peran murid adalah belajar, sedangkan tugas dan peran guru adalah mengajar sehingga keduanya bekerja sama.
2)      Ada tujuan
Dalam interaksi belajar mengajar selalu ada tujuan untuk mencapai sesuatu demi kepentingan murid. Dalam proses belajar mengajar dalam kelas misalnya berdasarkan tujuan kurikuler dan instruksional.
3)      Kemauan guru untuk membantu
Dalam interaksi dalam pembelajaran ditandai dengan kemauan guru untuk membantu murid mencapai sesuatu kepandaian atau keterampilan serta sikap tertentu. Sebaliknya murid beranggapan bahwa guru dapat membantunya dalam hal-hal tertentu  didalam perkembangannya sehingga lahirlah sikap menghargai dan menghormati serta mentaati guru sebagai pernyataan pengakuan murid pada kewibawaan guru.
4)      Ada suatu prosedur yang sengaja direncanakan untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam interaksi pembelajaran ada suatu urutan kegiatan yang telah ditentukan sesuai tujuan yang akan dicapai. Misalnya kita akan mencapai tujuan instruksional khusus tertentu, maka prosedur yang ditempuh akan lain dengan tujuan instruksional lainnya. Untuk menjalankan langkah urutan prosedur guru menggunakan metode dan peralatan. Metode harus cocok dengan bahan dan urutannya sudah tentu akan menggunakan alat bantu yang tepat agar proses pembelajaran tidak terhambat.
5)      Ditandai dengan satu garapan materi
Materi ini adalah alat untuk mencapai tujuan suatu pelajaran tertentu. Bahan ini sudah disiapkan sebelum interaksi belajar mengajar berjalan. Misalnya agar anak dapat membuat kalimat dengan kata “sewenang-wenang”, maka guru menggunakan bahan yang cocok dengan itu, seperti bahan bacaan tertentu sesuai tahap perkembangan penguasaan bahasa anak-anak dengan syarat-syarat khusus yang cocok.
6)         Interaksi pembelajaran ditandai dengan aktivitas anak.
Tidak ada gunanya guru melakukan interaksi belajar-mengajar di sekolah, jika murid tidak aktif atau hanya pasif. Aktif artinya anak melakukan kegiatan fisik, seperti menggambar, menulis, atau olahraga serta menyelesaiakan suatu pertanyaan. Jadi aktif adalah giat, baik aktif secara lahiriah atau giat dalam arti batinnya atau rohaninya. Dengan interaksi maka diharapkan belajar menjadi pengalaman yang intensif. Dalam interaksi itu, guru mengambil peran yang aktif, yakni menerangkan, menyuruh, bertanya, memberi tugas, mendorong, memancing, memberi motivasi, sehingga interaksi itu benar-benar ada.
7)         Guru mengambil peranan membimbing.
Membimbing yaitu menjadi motor dari proses belajar mengajar. Guru menjadi motivator (pemberi dorongan), guru juga menjelaskan, dan sebagainya. Guru merupakan tokoh utama dalam interaksi. Dia yang memulai proses, memimpin, dan menghentikan proses. Karena itulah maka tugas guru di dalam interaksi itu disebut dengan membimbing.
8)         Di dalam interaksi pembelajaran ada suatu disiplin.
Disiplin merupakan suatu pola tingkah laku yang diatur dan ditaati oleh guru dan murid serta merupakan suatu  prosedur sehingga pihak yang terkait dalam hal ini guru, murid, karyawan administrasi tidak boleh menyimpang darinya.
9)         Ada batas waktu.
Untuk mencapai suatu tujuan instruksional tertentu di dalam system berkelas batas waktu ini menjadi salah satu ciri. Setiap tujuan diberi waktu tertentu kapan harus dicapai dan sebagainya. Hal itu terpaksa dilakukan mengingat bahwa kelas-kelas kita memang besar-besar.
10)     Interaksi belajar mengajar individual.
Dalam jenis interaksi ini, anak belajar secara individual. Pada interaksi ini anak banyak mendapat kesempatan untuk mengalami berbagai proses belajar, karena guru hanya berhadapan dengan seorang anak, sehingga banyak memberi kesempatan kepadanya. Keuntungan interaksi ini adalah murid dapat mencapai tujuan pendidikan dengan cepat, karena memang hanya ia sendiri yang menjadi pusat perhatian, penilaian dapat dilakukan lebih mendalam serta hubungan guru dan murid menjadi lebih intensif, sehingga keduanya dapat lebih mengenal satu sama lain.
11)   Interaksi belajar-mengajar kelompok.
Jenis inilah yang banyak dipakai sekarang karena cara ini lebih murah dan lebih cepat. Namun kedalaman pendidikan tidak seperti cara individual karena murid banyak sehingga giliran mendapat pengalaman, pengawasan, pelayanan individual itu tidak seperti pada cara individual. Segi sosialitas murid lebih banyak berkembang karena pergaulan antar murid satu sama lain.
12)     Interaksi belajar mengajar dengan tim guru.
Pada cara berkelompok kadang-kadang kita sengaja meminta sejumlah guru untuk bersama-sama pada suatu waktu melakukan interaksi belajar-mengajar dengan sekelompok murid. Caranya ialah dengan membagi tugas antar guru-guru tersebut sesuai dengan bagian-bagian bahan yang menjadi keahliannya dan masing-masing bergiliran melakukan interaksi.
b.      Aspek-aspek pendidikan
Langeveld menjelaskan tentang dasar antropologis manusia yaitu, individualitas, sosialitas, dan moralitas disertai juga dengan mahkluk berketuhanan. Atas dasar hakikat manusia tersebut, interaksi pembelajaran di sekolah harus menyangkut aspek-aspek pendidikan seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi dan Uhbiyati (2001) yaitu sebagai berikut :
1)      Pendidikan budi pakerti
Budi pakerti berkaitan dengan watak, akhlak manusia, merupakan aspek fundamental dalam kehidupan manusia. Pendidikan budi pakerti berusaha mengembangkan manusia berwatak dan bermoral dan berakhlak mulia. Pendidikan budi pakerti bertujuan agar anak dapat membedakan antara baik dan tidak baik, sopan tidak sopan, sifat terpuji dan tercela dan lain sebagainya, sehingga pada akhirnya anak mau berbuat sesuai dengan hal-hal yang baik dan meninggalkan hal-hal yang tidak baik. Pendidikan budi pakerti mencakup 2 macam pembentukan, yaitu pembentukan kata hati dan kemauan.
2)      Pendidikan kecerdasan
Pendidikan kecerdasan merupakan tugas pokok sekolah, bertujuan agar anak dapat berpikir secara kritis, logis, dan kreatif. Berpikir kritis berarti secara cepat anak dapat melihat hal-hal yang benar dan hal-hal yang tidak benar dalam kehidupan yang dialaminya. Berpikir logis berarti anak dengan cepat dapat melihat hubungan anatar masalah yang satu dengan yang lainnya. Berpikir kreatif berarti apa yang diselidiki atau hasil dari percobaan-percobaan dapat menemukan sesuatu yang baru. Untuk melatih anak berpikir ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru yaitu :
-       Hindarkan sifat verbalis dalam pengajaran.
-       Sajikan pengajaran dalam bentuk pemecahan masalah.
-       Dalam pembelajaran hendaknya siswa dihadapkan kepada situasi nyata yang harus dipecahkan.
-       Usahakan aktivitas-aktivitas dalam praktik untuk menyelidiki dan menguji kebenaran pengetahuan yang diperoleh dari buku.
-       Latihlah murid untuk membuat suatu laporan.
3)   Pendidikan sosial
Manusia senantiasa hidup berkelompok baik kelompok besar maupun kecil. Kelompok kecil adalah keluarga dan kelompok besar misalnya marga di Sumatra, sehingga untuk dapat hidup dalam suatu kelompok anak harus dapat menyesuaikan diri. Untuk kehidupan bersama diperlukan sifat-sifat sabar, ramah, santun, tolong-menolong, hargai- menghargai, serta hormat-meghormati. Tujuan pendidikan sosial adalah agar anak dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan bersama dan ikut ambil bagian secara aktif dalam kehidupan bersama tersebut.
4)      Pendidikan kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan mendidik anak agar kelak menjadi warga Negara yang baik, dan utuh, berguna bagi kehidupan masyarakat dan Negara. Di sekolah pendidikan kewarganegaraan tidak hanya melalui PKN, namun dapat diintegrasikan dalam berbagai mata pelajaran, seperti pelajaran sejarah, bahasa, kesenian, agama, dan sebagainya.
5)      Pendidikan keindahan (estetika)
Pendidikan keindahan bertujuan agar anak didik memiliki rasa keharuan terhadap keindahan, memiliki selera keindahan, dapat menghargai dan menikmati keindahan, bukan untuk mendidik anak menjadi seniman atau seniawati dalam berbagai lapangan kesenian. Misalnya cara berpakaian yang sopan, cara mengatur dan membersihkan serta mengatur halaman. Hal inilah yang harus diutamakan dalam pendidikan keindahan.
6)      Pendidikan jasmani
Pendidikan jasmani tidak hanya berupa latihan jasmani saja yang bertujuan memperkuat otot, mempertinggi koordinasi dan menuju kesehatan tubuh, tetapi juga bertujuan untuk pembentukan watak. Melalui pendidikan jasmani anak dikembangkan sifat-sifat dan tabiat serta watak yang baik, seperti jujur, sportif, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama dan sebagainya.
7)      Pendidikan agama
Pendidikan di sekolah, khususnya di SD sebaiknya ditekankan kepada pembiasaan, yaitu kebiasaan-kebiasaan untuk melaksanakan atau mengamalkan ajaran-ajaran agama, misalnya dibiasakan melakukan salat di masjid pada awal waktu, melaksanakan puasa, dan sebagainya.
8)      Pendidikan kesejahteraan keluarga
Pendidikan kesejahteraan keluarga secara luas bertujuan meningkatkan taraf kehidupan dan penghidupan keluarga untuk mencapai terwujudnya keluarga sejahtera secara utuh (jasmani, rohani, material, spiritual). Secara khusus di sekolah untuk memperdalam keinsyafan anak akan perlunya hidup damai dan rukun, hemat, cermat, sehat sejahtera dalam ikatan keluarga, dan memunculkan minat untuk ikut serta berpartisipasi mengurus kehidupan keluarga. Materi yang disajikan di sekolah perlu disesuaikan dengan tingkat sekolah anak.

No comments:

Post a Comment

Semata Wayang

SISTEM PEMBELAJARAN

SISTEM PEMBELAJARAN A.     Pengertian dan Kegunaan Sistem Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan...