SEKOLAH DAN DUNIA KERJA
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara sederhana, kajian sosiologi pendidikan bertalian dengan analisis ilmiah tentang proses interaksi sosial yang terkait dengan aktivitas pendidikan. Melihat keadaan sekolah begitu penting bagi eksistensi dan keberlangsungan pendidikan. Dengan berkembangnya dunia pendidikan diharapkan bahwa para lulusan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkannya untuk memenuhi kehidupannya terutama dalam dunia kerja.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan juga terbuka lebar. Dari 3 (tiga) jalur pendidikan mulai dari informal, formal dan non formal, yang lebih menjanjikan adalah, jalur non formal dan formal. Hal ini ditandai dengan adanya orang mendapatkan pekerjaan selain keahlian juga secara formal memiliki ijasah/sertifikat tertentu.
Sekolah dan dunia kerja memang merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling membantu dalam menentukan masa depan. Oleh karena itu makalh ini akan membahas materi secara lebih rinci tentang kedua hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian sekolah ?
2. Mengapa pendidikan menyebabkan perbedaan status ?
3. Bagaimana cara peningkatan taraf hidup melalui pendidikan ?
4. Bagaimana dimensi psikologis orang bekerja ?
5. Bagaimana seluk beluk sekolah dan hasil yang dicapai ?
6. Bagaimana hubungan sekolah dan dunia kerja ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian sekolah.
2. Untuk mengetahui bahwa pendidikan menyebabkan perbedaan status.
3. Untuk mengetahui peningkatan taraf hidup melalui pendidikan.
4. Untuk mengetahui dimensi psikologis orang bekerja.
5. Untuk mengetahui sekolah dan hasil yang dicapai.
6. Untuk mengetahui hubungan sekolah dan dunia kerja.
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sekolah
Kata sekolah berasal dari bahasa Latin, yakni skhole, scola, scolae, atau skhola yang memiliki arti waktu luang atau waktu senggang. Menurut Sunarto (1993), sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima pelajaran. Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (atau murid) di bawah pengawasan pendidik (guru).
Pengertian sekolah sendiri adalah suatu lembaga yang memang dirancang khusus untuk pengajaran para murid (siswa) di bawah pengawasan para guru. Kebanyakan dalam sebuah negara mempunyai model sistem pendidikan formal yang mana hal ini sifatnya wajib. Selain itu sistem ini jugalah yang membuat para siswa bisa mengalami kemajuan dengan melalui serangkaian sekolah tersebut.
B. Pendidikan Menyebabkan Perbedaan Status
Status adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok. Sedangkan status sosial adalah status seseorang dalam masyarakat.status sosial antara satu orang dengan orang yang lain berbeda-beda. Menurut Karsidi (2007:185) disebutkan bahwa:”semakin tinggi sekolahnya semakin tinggi tingkat penguasaan ilmunya sehingga dipandang memiliki status yang tinggi dalam masyarakat”. Memperjelas pendapat tersebut juga disebutkan bahwa pendidikan merupakan anak tangga mobilitas yang penting. Pada prinsipnya pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan status seseorang.
Dari 3 jalur pendidikan mulai dari informal,formal dan non formal,yang lebih menjanjikan adalah jalur non formal dan formal. Hal ini ditandai dengan adanya orang mendapatkan pekerjaan selain keahlian juga secara formal memiliki ijasah atau sertifikat tertentu.
Untuk memperoleh status sosial menurut Ralph Linton dalam Gunawan (2000:42) ada dua macam yaitu :
1. Ascribed status,ialah status yang diperoleh dengan sendirinya misalnya dalam kasta seorang anak sudra, sejak lahir ia berstatus kasta sudra.
2. Achieved status ,ialah kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha yang disengaja, seperti sarjana untuk lulusan S1, magister lulusan S2, dan doctor untuk lulusan S3.
Selain status yang diutarakan Ralph Linton, Mayor polak menambahkan dengan Assigned status yaitu status diberikan kepada seseorang karena jasanya. Berkaitan dengan masalah pendidikan yang mengakibatkan perubahan status , maka dari pendapat diatas yang paling cocok adalah achieved status jadi melalui pendidikan akan megakibatkan perbedaan status. Karena pendidikan dapat meningkatkan status sosial seseorang maka program pendidikan perlu direncanakan atau didesain sehingga dapat menjawab kebutuhan masyarakat.
C. Pendidikan Meningkatkan Taraf Hidup Seseorang
Menurut Clark dalam Karsidi (2007:185) disebutkan buku yang berjudul “An investment in people,dinyatakan experiment in low-income communities show cleary that education can be used to help people obtain a higher standard of living through their own efforts”. Dari pernyataan itu menunjukkan bahwa pendidikan dapat dipergunakan untuk membantu penduduk dalam meningkatkan taraf hidupnya ke tingkat taraf hidup yang lebih tinggi melalui usaha mereka sendiri. Penegasan ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap masyarakat yang berpenghasilan rendah. Hal ini mudah dipahami sebab dengan modal pengetahuan yang mantap dan terlebih lagi cara sengaja materi yang berhubungan dengan masalah ekonomi mendapat tekanan yang lebih berat , maka out put dari pendidikan dapat berusaha lebih baik dalam menghadapi segala persoalan tentang kesejahteraannya.
Sebaliknya perkembangan ekonomi juga dapat membantu peran pendidikan, dengan meningkatnya ekonomi baik masyarakat sekitar maupun nasional berarti kekuatan untuk memikul biaya pendidikan semakin besar. Hal ini bias dilakukan melalui pajak yang diperoleh maupun bantuan langsung dari masyarakat baik secara lingkup sempit ataupun lingkup secara luas.
Keterkaitan antara tingkat pendidikan dengan tingkat ekonomi atau hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat social ekonomi seseorang digambarkan oleh Clark (2007:186) sebagai berikut:
- Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi penghasilannya (tamatan sekolah dasar maksimal antara empat dan lima puluh ribu dolar setahun;tingkat sekolah menengah atas maksimal antara delapan dan sembilan ribu dolar setahun).
- Tamatan sekolah dasar (atau sekolah menengah pertama) akan mendapat penghasilan maksimal pada usia sekitar 25-34tahun; tamatan sekolah menengah atas akan mendapatkan penghasilan maksimal pada usia sekitar 35-44tahun dan tamatan perguruan tinggi akan mendapat hasil maksimal pada usia sekitar 45-54tahun.
- Tamatan sekolah dasar dan sekolah mengah pertama pada usia tua mendapat hasil lebih rendah dari hasil ketika mereka mulai bekerja.Tamatan sekolah menengah atas pada usia mendapat hasil yang seimbang dengan hasil ketika mereka mulai bekerja.Tamatan perguruan tinggi pada usia tua mendapat hasil yang lebih besar ketika mereka mulai bekerja
Dalam rumusan Clark (1994) tersebut menurut Ravik dinyatakan tidak terjadi secara mutlak, penyimpangan tentu ada dalam masalah social. Berkaitan dengan masalah ekonomi dan pendidikan sebelumnya telah disadari sebagian penduduk Indonesia, ini terbukti adanya sebagian warga Jakarta yang melakukan demonstrasi di istana Presiden dan Departemen Pendidikan Nasional dari yang menyebut Serikat Rakyat Miskin Kota (SRMK ) dan sebagainya. Mereka beranggapan apabila anggaran pendidikan tidak memadai maka rakyat miskin tidak dapat keluar dari kemiskinan.
D. Peningkatan Taraf Hidup Melalui Pendidikan
Pendidikan dapat dipergunakan untuk membantu penduduk dalam meningkatkan taraf hidupnya ke tingkat yang lebih tinggi melalui usaha mereka sendiri. Penegasan ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap masyarakat yang berpenghasilan rendah. Hal ini mudah dipahami sebab dengan modal pengetahuan yang mantap dan terlebih lagi cara sengaja materi yang berhubungan dengan masalah ekonomi mendapat tekanan yang lebih berat, maka out put dari pendidikan dapat berusaha lebih baik dalam menghadapi segala persoalan tentang kesejahteraannya.
Sebaliknya perkembangan ekonomi juga dapat membantu peran pendidikan, dengan meningkatnya ekonomi baik masyarakat sekitar maupun nasional berarti kekuatan untuk memikul biaya pendidikan semakin besar. Hal ini bisa dilakukan melalui pajak yang diperoleh maupun bantuan langsung dari masyarakat baik secara lingkup sempit ataupun lingkup secara luas.
Keterkaitan antara tingkat pendidikan dengan tingkat ekonomi atau hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat sosial ekonomi seseorang digambarkan oleh Clark (1944) dalam Karsidi (2007:186) sebagai berikut:
1. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi penghasilannya (tamatan sekolah dasar maksimal antara empat dan lima ribu dolar setahun; tingkat sekolah menengah atas maksimal antara lima dan enam ribu dolar setahun dan tingkat perguruan tinggi maksimal antara depalan dan sembilan ribu dolar setahun).
2. Tamatan sekolah dasar (atau sekolah menengah pertama) akan mendapat penghasilan maksimal pada usia sekitar 25-34 tahun; tamatan sekolah menengah atas akan mendapatkan penghasilan maksimal pada usia sekitar 35-44 tahun dan tamatan perguruan tinggi akan mendapat hasil maksimal pada usia sekitar 45-54 tahun.
3. Tamatan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama pada usia tua mendapat hasil lebih rendah dari hasil ketika mereka mulai bekerja. Tamatan sekolah menengah atas pada usia mendapat hasil yang seimbang dengan hasil ketika mereka mulai bekerja. Tamatan perguruan tinggi pada usia tua mendapat hasil yang lebih besar ketika mereka mulai bekerja.
Dari rumusan Clark (1944) tersebut menurut Ravik dinyatakan tidak terjadi secara mutlak, penyimpangan tentu ada dalam masalah sosial.
E. Dimensi Psikologis Orang Bekerja
Suatu alasan yang dapat diterima secara umum bahwa orang bekerja adalah untuk hidup. Pada zaman sekarang ini di mana tingkat teknologi telah berkembang sedemikian rupa dapat dikatakan bahwa bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup yang mendasar. Pendapat St Paul dalam Bahar (1989:49) yang berbunyi : “anyone who would not work should not eat” artinya orang-orang yang tidak mau bekerja jangan makan. Pendapat ini mengingatkan bahwa bekerja merupakan suatu kewajiban yang patut dilakukan oleh individu agar terpenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi masyarakat yang sudah kehidupan ekonominya sudah mapan orientasi bekerjanya sudah berbeda.
Orang bekerja bukan hanya untuk memenuhi kemauan dan kebutuhan hidup seperti makanan, pakaian, perumahan, mobil dan lainnya untuk dirinya tetapi ada hal yang ingin ia lakukan kepada orang lain yaitu “a sense of social service”, rasa ingin menolong orang lain. Di sini orang yang bekerja merasa puas sebab dapat menolong orang lain dalam kariernya. Kondisi ini akhirnya melahirkan dampak negatif bagi orang yang bekerja di mana ada kecenderungan bekerja terus tanpa rileks. Apabila orang itu tidak bekerja dia akan merasa bersalah dan gelisah. Para ahli psikologi menyebut orang-orang yang gelisah karena tidak bekerja ini dengan “Sunday Neurosis”. Tipe orang ini adalah tipe orang yang selalu bekerja gigih dan telah menjadi kebiasaan atau bekerja telah menjadi bahagian dari hidupnya. Tipe orang-orang yang selalu bekerja gigih dengan semangat kerja yang tinggi disebut “workaholic”, (Bahar, 1989:62).
Hakekat bekerja dewasa ini dalam masyarakat ekonomi industri bahwa bekerja itu diukur dengan uang atau dianggap sebagai mesin, maka sulit bagi pekerja dalam memenuhi kebutuhan psikologis mereka. Bagi sementara orang, kerja merupakan sarana untuk menuju ke arah terpenuhinya kepuasan pribadi dengan jalan memperoleh kekuasaan dan menggunakan kekuasaan itu terhadap orang lain. Pada pokoknya, kerja itu merupakan aktivitas yang memungkinkan terwujudnya kehidupan sosial dan persahabatan (Bahar, 1989:62).
Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya. Kepuasan kerja merupakan suatu sikap yang positif yang menyangkut penyesuaian diri yang sehat dari para karyawan terhadap kondisi dan situasi kerja, termasuk di dalamnya masalah upah, kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi psikologis.
Pandangan mengenai kerja menurut Anoraga (2001:14-15) bahwa:
1. Kerja merupakan bagian paling mendasar/esensial dari kehidupan manusia. Sebagai bagian paling dasar, dia akan memberi status dari masyarakat yang ada di lingkungan juga bisa mengikat individu lain baik yang bekerja atau tidak, sehingga kerja akan memberi isi dan makna dari kehidupan manusia yang bersangkutan.
2. Baik pria maupun wanita menyukai pekerjaan, kalaupun orang tersebut akhirnya tidak menyukai pekerjaan, hal ini biasanya disebabkan kondisi psikologis dan sosial dari pekerjaan itu.
3. Moral dari pekerja tidak mempunyai hubungan langsung dengan kondisi material yang menyangkut pekerjaan tersebut.
4. Inisiatif dari kerja banyak bentuk dan tidak selalu tergantung pada uang. Insentif ini adalah hal-hal yang mendorong tenaga kerja untuk bekerja lebih giat.
Biasanya orang akan merasa puas atas kerja yang telah atau ia jalankan apabila apa yang ia kerjakan itu dianggapnya telah memenuhi harapannya, sesuai dengan tujuan bekerja.
F. Hubungan Sekolah dan Dunia Kerja
Selama ini kita tahu proses belajar atau yang sering kita sebut pendidikan telah kita dapat di sekolah-sekolah, mulai dari TK sampai SMA bahkan sampai perguruan tinggi. Sekolah menjadi penting artinya melalui sekolah kita mendapat pendidikan yang menentukan arah kehidupan kita dalam menapaki masa depan terutama dalam mencari sebuah pekerjaan. Seorang yang berkedudukan atau memiliki jabatan tinggi tentunya disertai dengan pendidikan yang tinggi pula. Tetapi disisi lain banyak juga lontaran kritik terhadap sistem pendidikan yang pada dasarnya mengatakan bahwa perluasan kesempatan belajar cenderung telah menyebabkan bertambahnya pengangguran tenaga terdidik dari pada bertambahnya tenaga produktif yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.
Beberapa hal menjadi penyebab tingginya angka pengangguran ini, diantaranya adalah ketidak sesuaian antara hasil yang dicapai antara pendidikan dengan lapangan kerja, ketidak seimbangan permintaan dan penawaran serta kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan masih rendah. Kesempatan kerja yang terbatas telah membuat kompetisi semakin ketat antar pencari kerja dan seringkali mereka melamar dan menerima pekerjaan apa saja meskipun tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikannya.
Namun, kritik tersebut juga belum benar seluruhnya karena cara berfikir yang digunakan dalam memberikan tafsiran terhadap data tersebut yang cenderung menyesatkan. Cara berfikir yang sekarang berlaku seolah-olah hanya memperhatikan pendidikan sebagai satu-satunya variabel yang menjelaskan masalah pengangguran. Cara berfikir seperti cukup berbahaya, bukan hanya berakibat pada penyudutan sistem pendidikan, tetapi juga cenderung menjadikan pengangguran sebagai masalah yang selamanya tidak dapat terpecahkan. Berdasarkan keadaan tersebut, masalah-masalah pengangguran tenaga terdidik yang dewasa ini banyak disoroti oleh masyarakat, sangat diperlukan. Penjelasan yang bersifat konseptual diharapkan mampu mendudukkan permasalahan pada proporsi yang sebenarnya, khususnya tentang fungsi dan kedudukan sistem pendidikan dalam kaitannya dengan masalah ketenaga kerjaan.
G. Sekolah dan Hasil yang Dicapai di Indonesia
Tujuan didirikannya sekolah menurut Fajar dalam H. R. Syaukani (2002:80) minimal untuk memenuhi tiga hal. Pertama, sebagai sarana implementasi kebijakan pendidikan yang dikembangkan melalui sistem yang berlaku secara nasional; kedua, memenuhi dan mewujudkan pendidikan nasional yang mumpuni secara akademik (bermutu dan bertaraf), dan ketiga untuk mengembangkan visi dan misi menuju kehidupan modern.
Visi pendidikan nasional tercakup dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “mencerdaskan kehidupan bangsa”; sedangkan misi pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Mutu pendidikan dipermasalahkan apabila hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti yang diharapkan. Mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada kualitas keluarannya. Apakah keluaran (output) mewujudkan diri sebagai manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya dan membangun lingkungannya.
Banyak orang melihat pendidikan itu sebagai investasi jangka panjang. Bertambah orang bersekolah bertambah banyak dia menanamkan modal. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan tingkat pendidikan dan golongan pegawai yang baru diangkat mereka yang berijasah:
• Sekolah Dasar diangkat pada golongan I a
• SMTP diangkat pada golongan I b
• SMTA/DI diangkat pada golongan II a
• Sarjana Muda/DII diangkat pada golongan II b
• D III diangkat pada golongan II c
• Sarjana (S1) diangkat pada golongan III a
• Master (S2) diangkat pada golongan III b
• Doktor diangkat pada golongan III c
Pendidikan formal disebut juga sekolah. Oleh karena itu sekolah bukan satu-satunya lembaga yang menyelenggarakan pendidikan. Sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu (1) sebagai partner masyarakat, dan (2) sebagai penghasil tenaga kerja. Menurut Bahar (1989:53) pendidikan diartikan sebagai senjata yang paling ampuh dalam rangka mengurangi kemelaratan dan kemiskinan. Sebab orang yang berpendidikan akan lebih banyak menghasilkan income dari pada orang yang tidak berpendidikan. Jadi apabila akan mengurangi kemiskinan maka dapat ditempuh dengan meningkatkan partisipasi masyarakat agar memperoleh pendidikan yang semakin tinggi. Dengan pendidikan orang akan mendapatkan ketrampilan dan pengetahuan dan sikap sehingga setelah bekerja dapat mengembangkan kemampuan yang semakin tinggi hasil yang akan diperoleh akan semakin tinggi.
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas tentunya dapat disimpulkan bahwa:
1. Melalui sekolah kita mendapat ilmu dimana digunakan di masa depan terutama dalam pekerjaan.
2. Dengan pendidikan yang dicapai tentunya terjadi perbedaan status.
3. Dengan pendidikan yang tinggi akan meningkatkan taraf hidup seseorang.
4. Di dalam dunia kerja akan mengakibat kondisi psikologi seseorang baik atau kurang baik.
5. Melalui sekolah pastilah ada yang dicapai.
Jadi, dengan melalui sekolah, kita akan mendapat ilmu ataupun keterampilan dimana ilmu atau keterampilan tersebut akan digunakan di masa depan terutama dalam pekerjaan. Semakin tinggi pendidikannya, semakin tinggi harapannya memperoleh pekerjaan yang lebih baik
B. Saran
Tuntulah ilmu setinggi mungkin untuk masa depan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Idi, Abdullah dan Safarina. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Seputarpendidikan003.blogspot.com (diakses tanggal 27 februari 2015)
Makalah Sosiologi Pendidikan _ Bernaldo Yudha Widyantoko.blogspot.com (diakses tanggal 27 februari 2015)
taufiqismail93.blogspot.com (diakses tanggal 27 februari 2015)
Buku Sosiologi Pendidikan.PDF
No comments:
Post a Comment